Selasa, 22 April 2014

Zahro's HS Journal: Belajar Membaca, Sebuah Proses

Dulu zaman saya masih SMP, di sekolah kami pernah digalakkan program gemar membaca. Salah satu bentuknya adalah dengan mewajibkan semua siswa membawa buku bacaan ke manapun akan pergi saat jam istirahat. Asal jangan dibawa ke toilet, kekeke. Apakah cuma dipegang-pegang, apakah dibaca satu halaman, satu paragraf, satu kalimat, atau cuma huruf pertamanya doang terserah. Yang penting jam istirahat wajib pegang buku.  "Membaca adalah jendela dunia" merupakan kalimat yang sangat tenar kala itu. Program itu lumayan berefek positif buat saya. Saya jadi senang membaca. . . novel. Hahaha. . . Bukan sembarang novel lho, ya. Tapi novel klasik semacam Siti Nurbaya, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan sejenisnya. Intinya saya jadi senang membaca.

Nah. . . poin dari tulisan saya bukan itu sebenarnya, tapi tetap masih seputar membaca. Jadi, sebagai seorang Ibu, saya menerjemahkan kalimat al-ummu madrasatul uula secara sangat eksplisit. Mimpi saya, bila ALLAH beri kemampuan saya ingin sekali semua first knowledge Zahro ia dapatkan dari saya. Membaca tentu saja menjadi bagian di dalamnya. Karena itu saat dia masih sekolah, sebelum kami memutuskan HS, saya menyampaikan kepada gurunya bahwa saya tidak menempatkan kewajiban mengajarkan Zahro membaca kepada guru.

Sampai akhirnya kami memulai homeschooling Zahro memang belum bisa membaca. Karena itu membaca menjadi bagian dari proses belajar kami di rumah. Saya sengaja mempraktekkan ilmu yang saya pelajari dari latar belakang pendidikan saya, yaitu mengajarkan membaca pada saat anak sudah mencapai usia siap membaca. Sederhana tujuannya. Sekedar ingin melihat apakah faktor kematangan itu berpengaruh terhadap proses belajarnya. Dan ternyata, dalam amatan saya cukup berpengaruh saudara-saudara, proses belajar membaca Zahro tidak lama. Sekitar 2 pekan jika semua hari yang dipakai untuk belajar membaca ditotal.

Kami tidak belajar membaca setiap hari. Hanya satu sampai tiga kali dalam sepekan. Waktunya juga singkat saja. sekitar 5-10 menit. Saya menggunakan beberapa media peraga dalam proses ini.
1.  Buku yang beredar di pasaran.
Ada 3 buku yang kami gunakan. Tujuannya, untuk melihat buku mana yang paling efektif. Semua buku yang kami gunakan secara umum menggunakan metode yang sama, yaitu metode suku kata.
Kesimpulan saya:
Zahro lebih mudah belajar suku kata yang menggabungkan satu konsonan dengan semua vokal. Misal: ba   bi   bu   be   bo, ca   ci   cu   ce   co, dst. daripada yang metodenya  a   ba   ca   da,   i   bi   ci    di. Mengapa? Menurut saya nih ya, karena dia adalah anak dengan gaya belajar audio, dia mudah mengingat bunyi suku kata, tetapi agak sulit menghafal visualnya. Karena itu jika dia lupa cara membaca satu suku kata, dia akan menzaharkan suara lalu suara itu dia cocokkan ke visual suku katanya.
Dengan metode tersebut, alhamdulillah dalam 3-4 sesi Zahro sudah lulus membaca suku kata terbuka.

Salah satu buku yang kami gunakan



2. Flash cards.
Saat Zahro bayi saya pernah membeli flash cards. Tapi sayang, Zahro tidak berminat, hehehe. Nah, dari flash cards yang ada saya pilah-pilah kartu yang berisi kata dengan suku kata terbuka. Dengan kartu-kartu itulah Zahro memperlancar membaca suku kata terbukanya.
Membaca dan menuliskan kembali kata di flash card
3. Memanfaatkan program Word di komputer
Untuk menambah dan memperlancar kemampuan membaca suku kata terbuka, saya menuliskan kalimat sederhana yang bermakna untuk dibaca Zahro. MasyaALLAH, girangnya luar biasa jika Zahro tahu bahwa dia sudah bisa membaca kalimat bermakna.

Kalimat sederhana yang saya tulis lalu saya print






Sampai di situ proses belajar suku kata terbuka kami. Untuk suku kata tertutup proses belajar kami sudah mulai acak dengan tetap menggunakan media-media di atas. Sesekali dengan buku, sesekali dengan memintanya menebak kata yang saya tuliskan di komputer, sesekali dengan membaca pictoral book.

Nah, hari ini momennya sangat menyenangkan. Zahro berhasil membaca tiga halaman buku favoritnya saat masih toddler, tentang anak tikus yang ingin tahu makna kasih sayang dengan lancar. Barokallaah ya Nak, dan semangat membaca terus. ^-^

Jogja, 22042014
~eMJe~

Zahro's Favorite Book



3 komentar:

  1. inspiratif mbak, aku jadi pengen mencoba hal yang sama pada Gie. Usia zahro berapa ya?

    BalasHapus
  2. Zahro hampir 6 tahun Mbak Aira. Kalau Gie berapa tahun Mbak? Kalau teorinya, usia siap membaca itu 6 tahun. Makanya saya sengaja mengajarkan dekat usia itu,karena mau lihat efek kematangan usia terhadap kecepatan menguasai kemampuan membacanya.

    BalasHapus
  3. Mba.. buku ba bi bu be bo nya penerbitnya siapa?

    BalasHapus