Sedikitnya sekali, hampir setiap bulan saya pasti mengalami yang namanya sendirian di rumah saat weekend (seperti hari ini). Puteri saya menginap di rumah eyangnya, dan suami ada acara ke luar kota atau negeri. Jadi waktu yang banyak dicari-cari kaum Ibu dengan istilah "me time" itu buat saya tidak perlu dicari-cari, karena dengan izin ALLAH hampir selalu menghampiri saya, minimal satu bulan sekali. Terkadang terbersit rasa di hati ingin ikut suami, tapi selalu urung karena dia pasti akan sibuk sendiri dengan kegiatannya dan saya berakhir bengong tidak tahu mau ngapain (seperti yang pernah terjadi beberapa kali, kekeke).
Anyway, saya pernah bertanya ke beberapa teman apa ya hal menarik yang bisa saya lakukan saat sendirian begini? Ada yang menyarankan shopping, nyalon, nonton, wekekeke. . . aktivitas yang I'm not really enjoying. Endingnya, hampir selalu "me time" itu hanya saya isi dengan berleha-leha saja di rumah. Tidur-tiduran, eksperimen masak, baca buku, atau nonton di tablet. Tapi, sebenarnya yang paling sering saya lakukan di kesempatan seperti ini adalah bertafakkur dan mentadabburi kembali nikmat-nikmat yang telah ALLAH beri, yang tidak dapat saya dustakan. Masya ALLAH, bahkan punya kesempatan seperti ini pun adalah sebuah nikmat luar biasa dari ALLAH untuk saya, kesempatan untuk bertafakkur, bersyukur, bahkan mengingat maut. Yah, sejak ditinggal almarhum Abah setahun kemarin dzikrul maut serasa jadi sahabat karib saya.
Rupa-rupanya saat-saat bersendirian ini, ketika urusan kebutuhan suami dan anak saya letakkan untuk sementara waktu, helaian daun yang tertiup angin pun jadi amat romantis, arakan awan di langit terlihat amat anggun, kepakan sayap kupu-kupu warna kuning di taman depan rumah yang sehari-hari saya pandang sambil lalu saja tampak begitu mengagumkan. Hal-hal yang selama ini terabaikan karena kesibukan harian menjadi demikian kasat mata. . . mempesona. Bahkan, sarapan di balik jendela yang di luarnya tertata tanaman puteri kecil saya terasa bagaikan sarapan di hotel berbintang, dengan pemandangan indah di balik kaca.
Subhanallaah. . . nikmat ALLAH mana lagikah yang patut saya dustakan?
#Dari balik jendela, 12042014
^eMJe^
Tampilkan postingan dengan label My journey. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My journey. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 12 April 2014
Minggu, 29 Desember 2013
My Dream & The Background
Hidup di perantauan sejak sekolah
menengah menyebabkan saya beroleh kesempatan untuk berinteraksi dengan
orang-orang dari latar belakang budaya dan keluarga yang berbeda-beda. Ketika
di sekolah menengah kepekaan itu barangkali belum terasah, karena saya pun
masih remaja. Memang kerap terbetik rasa penasaran dan terajukan pertanyaan
“mengapa begitu?” ketika saya menemukan perilaku yang bersumber dari kegalauan
masa remaja pada teman-teman saya. Sampai kemudian perilaku yang semakin
beragam saya temukan saat menapaki jenjang perkuliahan. Saya gemar mengamati
dan menelaah perilaku orang-orang di sekitar saya. Saya renungkan mengapa
seseorang menyikapi suatu hal dengan suatu cara, sementara orang lain menyikapi
hal yang sama dengan cara yang berbeda. Saya pun melakukan pengamatan terhadap
diri saya sendiri. Ketika saya bersikap terhadap sesuatu, mengambil keputusan
atas sesuatu, apa hal terbesar yang mempengaruhi saya.
Pengamatan
saya terhadap diri sendiri akhirnya sampai pada satu kesimpulan, bahwa
nilai-nilai yang saya dapatkan dari orangtua, yang saya bawa dari keluarga, itulah
yang sangat besar mempengaruhi sikap-sikap saya. Maka menurut saya hal yang
sama berlaku bagi setiap orang. Dan sejak saat itu pula rasanya saya menemukan
pada bidang apa saya ingin berkontribusi sebagai manusia, yakni pengasuhan.
Masa
senggang kuliah dulu kerap saya habiskan di perempatan jalan dan stasiun kereta
api; demi mengasah empati saya atas bocah-bocah cilik yang semestinya
bermain-main di TK namun terpaksa menghabiskan harinya dengan menadahkan gelas
bekas air mineral demi seratus-dua ratus rupiah. Bahkan ada di antara mereka
yang sering saya temani sejak masih bayi, dimandikan sang ibu setiap sore di
selokan besar dekat kampus, kini sudah beranjak remaja dan tetap menghabiskan
hari-harinya di perempatan lampu jalan.
Memang,
tangan saya terlampau kecil untuk resah saya yang besar. Karena itu, tangan
kecil ini hanya bisa berharap dapat memberi sedikit kemanfaatan pada ummat dengan
hal kecil dan sederhana yang mampu dilakukannya. Therefore everyone, just feel
free if you want to consult about parenting or children education. Maybe I can
help you by my educational background. For now, I have a dream to contribute
something to parents and children by writing books. I’m still a newbie in this
area. But I hope ALLAH will help me to make somethin’ good.
Cheer
Up! ^^
Langganan:
Postingan (Atom)