Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Maret 2017

Cerita Non-Gadget Activity Anakku

Pekan lalu saya beli dua buah buku yang saya kira tentang traveler gitu. Ternyata hanya satu buku yang benar-benar tentang traveling. Satunya lagi lebih ke novel geografis gitu buat saya.

Novel geografis? Ada ngga sih istilah itu? Hahaha... entahlah. Intinya buku setebal 400 halaman itu berlatar dan berkisah tentang kehidupan pesisir di belahan timur Indonesia.

Asyik benar sepertinya novel itu buat gadis 8 tahun saya. Dia sukses menuntaskannya tidak lebih dari tiga hari. Dengan adegan air mata bercucuran beberapa kali. Saya aja belum berani membelah halamannya, takut kalau isinya terlalu berbobot untuk dicerna otak. Hahaha...

Jadi tadi saya minta dia menuliskan apa yang dia reguk dari novel itu. Dan dia menuliskan beberapa poin berikut:
1. Pengorbanan seorang ibu untuk anaknya.
2. Kasih sayang kepada teman.
3. Pengorbanan seorang kakak untuk adiknya.
4. Bertahan dan bersabar dalam kesulitan
5. Berusaha mendapatkan hidayah.

Nah, kan... berbobot banget, banyak korbannya... 😂😂😂

Jadi sebagai penghargaan atas enjoynya dia membaca novel itu, maka saya kasih dia bonus novel psikologi tentang disleksia dan novel biografi tentang "reach the dream" yang saya keruk-keruk dari kardus buku hasil benah-benah rak buku bulan lalu. Dan dia excited benget 😍😍😍

#ceritanongadgetactivityanakku
#funwithoutgadget
#homeschoolergirl

Jannah_UmmuZahro

Senin, 09 Februari 2015

Learning, We Can Make It Simple

Saya mafhum, salah satu sumber kerisauan orangtua yang berminat menjadi praktisi homeschooling adalah kurikulum, jadwal belajar, dan materi pelajaran. Kami pun pernah mengalaminya. Rasa bahwa anak harus belajar sesuatu yang jelas setiap hari. Anggapan diri bahwa anak baru dinamakan berlajar jika dia duduk dengan kertas dan pulpen/pensil ada di depannya. Hal-hal semacam itu.

Saya baru merasa tenang setelah dikuatkan, bahwa homeschooling bukanlah memindahkah sekolahan ke rumah. Jadwal pelajaran kita tidak harus sesaklek jadwal pelajaran di sekolah. Demikian pula materi pelajarannya, kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak saja. Apalagi jika anak masih berusia dini, kita hanya perlu berpegang teguh pada prinsip learning by playing, lalu merancang kegiatan yang seru dengan prinsip itu.

Kadangkala, ide beraktivitas seru itu bisa datang tiba-tiba. Asalkan kita sudah punya mindset, bahwa kita bisa memetik pelajaran dari mana saja dan bisa belajar dari aktivitas apa saja. Insya Allah, ide-ide segar akan muncul seolah-olah begitu saja, tuing. . . tuing, hehehe. . .

Gambar di bawah ini salah satunya, aktivitas belajar yang bermula dari ketidaksengajaan.



Awalnya, anak saya sedang membolak-balik kisah-kisah moral berbahasa Inggris. Lantas dia membacanya sesuka hatinya. Tentu saja terdengar lucu jadinya. Saya sampai terbahak-bahak dibuatnya. Lalu saya memintanya membaca satu cerita utuh, sembari saya membenarkan pengucapan setiap kata yang dia baca. Ternyata dia sangat senang dengan pengalaman baru itu, bahwa dalam bahasa Inggris, tidak semua kata dibaca sesuai dengan yang tertulis.

Kemudian saya bertanya pada anak saya apakah dia ingin tahu apa sebenarnya isi cerita itu? Dan dia ingin mengetahuinya. Lalu saya maknai cerita itu.  Secara garis besar, cerita itu tentang rasa bersyukur dan berterima kasih. Lantas saya minta anak saya mengulangi pemaknaan yang saya sampaikan. Kemudian makna cerita itu kami diskusikan bersama. Nah, bisa dilihat kan, dari sesuatu yang sederhana bahkan tak sengaja, berapa banyak hal yang telah kami pelajari?

Mengambil inspirasi dari pelafalan kata bahasa Inggris, saya berinisiatif mengenalkan bentuk tertulis angka dalam bahasa Inggris pada anak saya. Sejauh ini, anak saya sudah tahu melafalkan one to ten, tapi dia belum tahu bagaimana sebenarnya lafal itu dalam bentuk tulis. Maka jadilah orat-oret di gambar yang saya lampirkan di atas. Dari orat-oret sederhana itu kami bermain kuis. Mulai dari melafalkan urut one to ten sampai saya bertanya acak, misal "Bahasa Inggris delapan?", "Lima?" "Empat?", dan seterusnya. Alhamdulillah dalam satu sesi bermain dia sudah mulai bisa melafalkan angka berbahasa Inggris dengan stimulus acak. 

So, demikianlah kira-kira contoh menyederhanakan bentuk belajar dan menemukan materi belajar yang menarik dan menyenangkan untuk anak-anak kita. Semoga Allah mudahkan kita menemukan cara-cara belajar seru dan menyenangkan lainnya. Happy learning. ^^

Zahro's HS Journal
Djogdja, 09022015
~eMJe~

Minggu, 25 Januari 2015

Pengasuhan, Ibarat Menjaga Permata Titipan

Apabila seseorang yang begitu mulia dan sangat Anda hormati datang kepada Anda lalu berkata, "Kutitipkan padamu permata. Tolong kau jaga baik-baik. Suatu hari nanti akan kuambil kembali permata ini." Kira-kira, apakah Anda akan sungguh-sungguh menjaga permata titipan itu? Tentu saja, bukan? Sudahlah itu permata, yang menitipkan seseorang yang mulia dan sangat Anda hormati lagi. Mana mungkin Anda sembarangan dan seenak hati memperlakukan permata itu. Saya yakin Anda pasti akan menyimpannya di tempat yang istimewa dan memperlakukannya secara istimewa pula. Membalutnya dengan kain yang lembut, menempatkannya di tempat yang indah.

Sebenarnya, yang saya ibaratkan dengan permata tadi adalah anak-anak kita. Kita semua mengakui bukan bahwa anak-anak kita merupakan titipan ALLAH Ta'ala? Mereka bukan milik kita, melainkan milik ALLAH Ta'ala. Dialah ALLAH Ta'ala, Raja segala Raja, Pencipta segala sesuatu. Tidak ada satu tetes air pun turun ke bumi tanpa ijin-Nya. Tidak ada satu helai daun pun yang gugur tanpa pengetahuan-Nya. Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemelihara, Maha Segalanya. ALLAH, dengan segala kebaikannya telah menitipkan penyejuk mata, penghangat qalbu, ke rumah-rumah kita. Suatu hari nanti, DIA akan bertanya bagaimana kita memperlakukan apa yang DIA titipkan kepada kita.

Semoga ALLAH beri kita kemampuan untuk menjaga dan merawat amanah dari-Nya. Jangan sampai pada saatnya nanti kita dituntut oleh anak-anak kita, karena mereka merasa tidak kita perlakukan dengan layak, sebagaimana harusnya sebuah permata diperlakukan dengan baik.
Wallahua'alam. . .


Djogdja, 25 Januari 2015
~eMJe~

Rabu, 23 April 2014

It's about Beauty & Hijab

Since three weeks ago, every Thursday ba'da Asar saya dan suami diminta mengisi kelas mentoring teman-teman mahasiswa LP3I Yogyakarta. Suami saya mengisi kelas putera, saya mengisi kelas puteri. Di akhir sesi pekan lalu saya bertanya kepada adik-adik yang saya dampingi,
"Ada request untuk pekan depan?"
Nah, mereka meminta sesi tentang hijab.
Well, sambil nyiapin presentasi sekalian aja saya share ke sini, hehehe.
Waduh, jadi ingat tulisan saya My Hijab Story masih part 1, part 2-nya entah kapan, kekeke.

Bicara perempuan itu biasanya identik dengan kata cantik, beautiful, beauty. . . gitu deh, ya. Cantik itu klasiknya lekat dengan wujud kulit putih, rambut panjang, tubuh langsing (versi iklan, kekeke. . .). Tapi saya yakin semua perempuan tidak sesempit itu mendefinisikan istilah cantik. For me, sederhananya kecantikan seorang muslimah adalah seperti di bawah ini:

Cantik versi saya ^^ 


Di buku anak saya (Serba-serbi Al-Qur'an by Kak Eka Wardhana, Ruman Pensil Publisher), ada kisah tentang akhlaq Luqmanul Hakim. Kita bisa belajar tentang kecantikan dari kisah tersebut. Begini isinya:
Saking pandai dan bijaksananya, Luqman dijuluki "Luqmanul Hakim", yang artinya "Luqman yang Bijaksana". Kepada anak-anaknya dia memberi nasihat:
"Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan ALLAH, sesungguhnya menyekutukan (ALLAH) benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman: 12-13).
Sesungguhnya Luqman bukanlah seorang Nabi ataupun Raja. Ia hanya seorang penggembala. Suatu hari Sang Majikan meminta Luqman menyembelih seekor kambing dan mengambil daging yang paling enak dari kambing tersebut. Maka Luqman menyuguhkan lidah dan hati.
Beberapa hari kemudian Sang Majikan meminta Luqman menyembelih seekor kambing lagi. Tetapi kali ini dia meminta diambilkan daging yang paling tidak enak. Kali ini Luqman kembali menyajikan lidah dan hati. Hal ini tentu saja membuat majikannya keheranan. Ia menyampaikan rasa herannya kepada Luqman. Luqman menjawab,
"Kedua bagian itu adalah yang paling enak jika benar-benar baik. Dan menjadi yang paling tidak enak jika benar-benar buruk."

Maknanya, baik-buruknya diri kita sebagai manusia dapat dilihat dari baik dan buruknya hati dan lidah kita.

Nah, bagaimana soal hijab? Wajib nggak sih muslimah itu berhijab? Kita jawab dengan firman ALLAH Ta'ala aja ya. Rupa-rupanya ALLAH sudah kasih tahu kita soal pakaian di dalam Al-Qur'an, lho.

QS Al-A'raf ayat 26 

Bagaimana dengan kewajiban jilbab?

QS Al-Ahzab: 59 

Lalu, syarat-syarat busana muslimah itu seperti apa sih?  Para ulama mempersyaratkan busana muslimah berdasarkan penelitian dalil Al-Qur’an & As-Sunnah sebagai berikut:

Harus menutupi seluruh tubuh, hanya saja ada perbedaan pendapat dlm hal menutup wajah & kedua telapak tangan. Dalilnya adalah QS. An-Nuur : 31 serta QS. Al-Ahzab : 59 di atas. Sebagian ulama memfatwakan bahwa diperbolehkan membuka wajah & kedua telapak tangan, hanya saja menutupnya adalah sunnah & bukan sesuatu yang wajib.

Pakaian itu pada hakikatnya bukan dirancang sebagai perhiasan. Dalilnya adalah ayat yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang bisa tampak.” (QS. An-Nuur : 31) Penulis Fiqhu Sunnah li Nisaa’ berpendapat bahwa mengenakan jilbab yang berwarna hitam lebih utama karena itu merupakan kebiasaan para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pakaian itu harus tebal, tak boleh tipis supaya tak menggambarkan apa yang ada di baliknya. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan dua golongan penghuni neraka yang salah satunya adalah para perempuan yang berpakaian tapi telanjang (sebagiamana tercantum dalam Shahih Muslim) Maksud dari hadits itu adalah para perempuan yang mengenakan pakaian yang tipis sehingga justru menggambarkan lekuk tubuh & tak menutupinya.

Harus longgar, tak boleh sempit atau ketat karena akan menampakkan bentuk atau sebagian dari bagian tubuhnya.

Tidak perlu diberi wangi-wangian. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW:
“Perempuan manapun yang memakai wangi-wangian kemudian berjalan melewati sekelompok orang agar mereka mencium keharumannya maka dia adalah perempuan pezina.” (HR. An-Nasa’i, Abu Dawud & Tirmidzi dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari).

Tidak boleh menyerupai pakaian kaum lelaki. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat lelaki yang mengenakan pakaian perempuan & perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud & Ahmad dgn sanad sahih)

Bukan pakaian yang menunjukkan ada maksud untuk mencari popularitas, yaitu segala jenis pakaian yang dipakai utk mencari ketenaran di hadapan orang-orang, baik pakaian itu sangat mahal harganya –untuk memamerkan kakayaannya- atau sangat murah harganya –untuk menampakkan kezuhudan dirinya.

Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memakai busana popularitas di dunia maka Allah akan mengenakan busana kehinaan pada hari kiamat, kemudian dia dibakar api di dalamnya.” (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah dgn sanad hasan lighairihi).
(Rujukan: Fiqhu Sunnah li Nisaa’)

Nah, gambar satu ini saya rasa penting untuk saya sertakan karena masih banyak sekali saya lihat muslimah yang memakai jilbab dengan gaya berikut.

Jilbab punuk unta 

Nah, kira-kira itu dulu share tentang hijab kita, ya. Satu lagi pesan saya kutipkan dari buku The Ideal Muslimah:



Mudah-mudahan tulisan sederhana di atas ada manfaatnya, ya.
Kebenaran hanya milik ALLAH Ta'ala.
Semoga ALLAH mampukan kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan menebarkan kebaikan.
Wallahua'lam,


23042014
~eMJe~





Jumat, 24 Januari 2014

-=Bunga Mawar dan Kaktus=-

Suatu hari di musim semi yang cerah, mawar merah merekah indah di sebuh taman hutan. Di taman hutan itu, beragam jenis tanaman tumbuh bertetangga. Sebatang pinus yang tumbuh dekat dengan mawar merah berkata tentang mawar, "Bunga yang indah, kuharap aku tumbuh seindah dia." Tanaman yang lain menjawab, "Pinus Sayang, jangan sedih, tidak segala hal yang kita inginkan bisa tercapai."

Mawar merah yang sedari tadi sibuk melihat sekelilingnya berujar,"Tampaknya akulah tanaman yang tercantik di taman hutan ini." Bunga matahari mendongakkan kelopaknya yang berwarna kuning dan bertanya, "Kenapa begitu? Di hutan ini ada banyak tanaman yang juga indah. Kau hanya salah satu di antaranya." Mawar merah menjawab, "Kulihat semua tanaman memandang takjub ke arahaku." Lantas mawar merah melirik kaktus dan berkata, "Lihat tuh pohon jelek yang penuh duri!" Pinus menjawabnya, "Mawar merah, kata-kata apa itu? Memangnya apa arti cantik yang sesungguhnya? Kau juga berduri." Mawar merah yang sombong itu menjawab marah, "Tadinya kukira seleramu bagus! Kau sama sekali tidak paham apa itu cantik. Jangan bandingkan duriku dan duri kaktus yang jelek itu!"

Semua pohon yang ada di sana berguman, "Bunga yang sombong."

Mawar merah mencoba memindahkan akarnya agar menjauh dari kaktus, tapi ia tidak bisa bergerak. Setiap hari ia mengejek kaktus dengan kata-kata yang buruk seperti, "Tanaman tak berguna, sungguh malang nasibku harus bertetangga dengannya." Akan tetapi kaktus tidak pernah merasa sakit hati dengan kata-kata mawar, Dia hanya menjawab, "ALLAH tidak pernah menciptakan sesuatu sia-sia."

Musim semi berlalu, cuaca di hutan semakin hangat. Kehidupan di hutan mulai sulit karena hujan tak kunjung turun. Mawar merah pun mulai layu. Sampai suatu hari mawar merah melihat seekor burung pipit menancapkan paruhnya ke tubuh kaktus, menghisap sesuatu dari sana lalu terbang dengan ceria. Mawar merah yang kebingungan bertanya pada pinus apa yang dilakukan burung pipit tadi. Pinus menjelaskan bahwa burung pipit memperoleh air dari kaktus. "Memangnya tidak sakit ditusuk begitu?" tanya mawar. "Tentu saja sakit, tapi kaktus tidak ingin burung pipit menderita," jawab pinus.

Mawar merah terperangah kaget, "Kaktus punya air?"
"Iya, kau juga bisa minta air darinya. Burung pipit itu bisa membawakan air untukmu jika kau minta pada kaktus," jawab pinus. 

Mawar merah merasa malu atas sikapnya saat musim semi kemarin. Namun akhirnya ia pun meminta air pada kaktus. Kaktus yang baik bersedia membagi air kepada mawar, ia meminta burung pipit membawakan air untuk mawar merah dengan paruhnya. Mulai saat itu mawar merah tak pernah lagi menilai segala sesuatu hanya dari tampilannya saja.

-eMJe, 24 Januari 2014-

#Cerita ini diterjemahkan dari buku "100 Moral Stories" dengan judul asli "The Proud Red Rose" dengan persetujuan penulis.
#“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.3:190-191)

Minggu, 22 Desember 2013

-=Ibu Tukang Jamu=-

Ibu satu ini. . . Hobinya beberes rumah. Nggak bisa dia lihat ada yang kotor dan berantakan. Pasti akan langsung dia bersih dan rapikan. Beberapa kali kesempatan momong cucu jadi pengalaman melelahkan baginya, terutama saat momong cucunya yang laki-laki. Dia bersihkan ruang depan, dapur diberantakin si cucu. Dia bereskan dapur, bantal-bantal kursi di ruang depan sudah berhamburan lagi. Satu-dua kali tetap dia usahakan untuk membereskannya lagi. Sampai akhirnya dia kelelahan dan membiarkan saja cucunya berulah. Dengan senyuman "licik" suaminya berbisik, "Akhirnya nyerah juga dia." Hahaha. . .

Ibu satu ini juga jago masak. Luar biasa cita rasa masakan yang ia olah. Suaminya suka meledeknya begini di depan anak dan mantunya, "Mama kalian ini, wajahnya jelek, badannya gendut, rambut sudah putih, gigi sudah palsu. cuma satu kelebihannya. Jago masak. Kalau saja dia nggak jago masak, udah Abah tinggalkan dia." Dan mereka berdua akan berakhir dengan adegan cubit-cubitan. Hahaha. . .

Ibu satu ini, memilih menjadi guru agama daripada pedagang (sebagaimana sebagian besar saudara-saudaranya yang lain) karena dia ingin mendidik anak-anaknya dengan aqidah yang benar dan memiliki waktu yang berkualitas dengan anak-anaknya (yang menurutnya tidak dia dapatkan saat kecil karena orang tuanya sibuk berdagang di pasar).

Ibu satu ini, meski belum sekualitas Bunda Khadijah binti Khuwailid r.a., tetapi subhanallaah baktinya kepada suaminya. Rumit bagiku mengingat yang lalu-lalu, tetapi bakti yang ia lakukan kepada suaminya (yang Ramadhan lalu dijemput malaikatnya ALLAH) sangat jelas menunjukkan keikhlasan cintanya. Tak perlu kusebutkan semua, tapi ada satu hal yang sempat membuatnya amat sangat risau. Beberapa bulan sebelum meninggal sang suami membeli kaligrafi dari seorang penjual kaligrafi keliling. Saat itu belum lunas sang suami membayarnya. Dan sang penjual tak kunjung datang sampai sekitar dua bulan setelah sang suami meninggal. Semua amanah, tanggungan, dan hajat sang suami (yang diketahui) Ibu ini sudah ia tunaikan. Tinggal urusan kaligrafi itu saja yang masih belum selesai.

Sampai di suatu sore tak kuasa dia menahan tangis, "Abah, masih ada tanggunganmu yang belum kuselesaikan." Begitu bisiknya dalam tangisnya. Dia takut itu akan memperberat hisab suaminya. Dalam sholat dia meminta kepada ALLAH agar mendatangkan penjual kaligrafi itu. Karena dia tidak tahu bagaimana cara menghubunginya, sebab tidak mengetahui kontaknya. Katanya kepada ALLAH, jika penjual kaligrafi itu tidak datang-datang, maka dia akan bersedekah sejumlah kekurangan pembayaran kaligrafi tersebut. Terserah ALLAH nanti mau menilainya bagaimana.

Subhanallaah. . . sungguh ALLAH sayang pada hamba-NYA. Tak lama dari itu ALLAH menjawab kerisauannya. Datang seorang laki-laki mengucap salam dari balik pagar. Dapat ditebak, beliau adalah pedagang kaligrafi tersebut. Ternyata dia pulang ke Semarang selama beberapa waktu, membantu orang tuanya bertani. Si Ibu sempat menegurnya kenapa tidak datang mengambil sisa pembayaran kaligrafi. Sang penjual kaligrafi menjawab, "Karena saya percaya pada Bapak, Bu."

Terbayang, kan betapa lega hati Si Ibu? Ya, Dia sungguh-sungguh lega. Bahagia tak terkira.

Ibu ini beberapa waktu lalu cerita kalau sekarang dia jualan jamu. Hahaha. . . kesannya kurang kerjaan, ya? Tapi tidak. Dia hanya berusaha mencari celah-celah kebaikan dalam kekosongan yang ditinggalkan pasangan hidupnya. Waktu-waktu yang biasanya mereka habiskan berdua saja; pagi hari saat sarapan, sore hari saat mengobrol di teras rumah sambil menikmati teh panas dan goreng pisang, tengah malam saat tahajjud bersama, sudah tidak bisa lagi dia nikmati.

Si Ibu yang mendadak jadi tukang jamu ini promosi, jamunya enak dan sehat, dibuat dari enam belas macam jamu-jamuan, diolah secara tradisional dan higienis. Dari penjualan jamunya dia bisa menghasilkan sekitar 300 ribu. Uang itu dengan tambahan dari zakat penghasilannya kemudian dia belikan bahan pokok dan setiap bulan dia hantarkan ke beberapa pondok tahfidz dan panti asuhan, ditemani anak bungsunya Farhan Zamzamy dan anak mantunya Winda Siregar . Kemarin Ibu ini bilang, momen-momen ke pondok tahfidz dan panti asuhan sekarang jadi momen yang selalu dia rindukan.

Sungguh. . .
Dia. . .
adalah salah satu wanita akhir zaman yang menginspirasiku.
Dia. . .
Ibuku.

#Terima kasih untuk semuanya Mom. I can't describe it. . . Cuma bisa bilang "Semoga Bunda disayang ALLAH." We Love U. T.T  *Hug*