Senin, 28 April 2014

Dadar Gulung Pisang Cokelat

Sejak zaman kuliah S1, kue basah satu ini adalah the most favorite of Umi. Kalau ada acara-acara di kampus maupun di luar kampus, jika si dia jadi salah satu menu di kotak snack, wuih... perasaan langsung happy. Hehehe. . .

Udah lama banget tidak menikmati kue satu ini. Akhirnya kemarin Umi iseng-iseng cari resepnya di simbah gugel. Dan ketemu! Alhamdulillaahnya lagi, semua bahan yang diperlukan untuk membuatnya ada di rumah. Asyik. . . ^^

So, ba'da tilawah pagi tadi, Umi langsung aja ngacir ke dapur untuk membuatnya. Dan jadilah dia: Dadar gulung pisang cokelat ala Uminya Zahro. :-)

Dadar gulung pisang cokelat ala Uminya Zahro ^^

Trus bahan-bahannya apa dan gimana cara membuatnya?
Ini dia:

Bahan-bahan
100 gram terigu protein sedang
40 gram gula pasir halus
3 sdm cokelat bubuk (boleh lebih kalau pengen warna cokelatnya lebih pekat)\
1 butir telur ayam
30 gram margarin leleh.
250 ml susu cair

Bahan isi:
4 buah Pisang raja, bagi dua lalu bagi dua lagi.
Tumis pisang dengan sedikit margarin.
Cooking chocolate dicairkan.

Hiasan:
Keju cheddar diparur.

Cara Membuat:
1. Campur terigu, gula halus, dan cokelat bubuk. Aduk rata.
2. Masukkan telur dan susu. Aduk rata.
3. Tuang margarin leleh. Aduk rata kembali.
For a simple way, adonan tepungnya Umi blender aja biar blended, wkwkwk.
4. Panaskan teflon. Oles dengan sedikit margarin. Buat dadar.
5. Ambil selembar dadar. Taruh pisang dan cokelat leleh, lalu gulung.
6. Hiasi bagian atasnya dengan keju parut.

Dengan bahan-bahan yang ada, sebenarnya bisa dihasilkan 16 dadar. Tapi di akhr-akhir, Zahro yang kebagian jatah menggulung kue pengen banget makan dadarnya doang, hahaha. akhirnya dua dadar terkahir buat Zahro, dan dua pisang yang tersisa, . . . hap, masuk mulut Umi dan Zahro. Alhamdulillaah :D

Djogdja. 28042014
~eMJe~

Sabtu, 26 April 2014

-=Yang Ngasih Nama Satu, Dua, Tiga, Empat=-

Rasa-rasanya, sudah cukup lama Zahro tidak memberi pertanyaan rumit buat saya. Tapi dua hari ini pertanyaan-pertanyaan arti katanya dimulai lagi. Dia bertanya apa itu hakim, kabupaten, vaksin. Kata-kata baru yang dia ketahui asbab bisa membaca. Saya katakan padanya, "Nah, kakak sudah bisa punya kamus sekarang. Nanti kalau mau cari arti kata bisa dilihat di kamus." Hahaha...

Kemarin dia bertanya mengapa kereta api jalannya begitu cepat, sedangkan sepeda motor kami tidak bisa cepat. Saya jawab karena kereta api sendirian saja memakai jalannya, sedangkan di jalan yang kami lalui ada begitu banyak kendaraan yang menggunakan jalan yang sama. Lalu dia bertanya lagi, "Kalau kereta apinya ketemu sama kereta lain gimana?" Waah... dengan kecepatan seperti itu tidak boleh ketemu kereta lain di jalan yang sama. Nanti tabrakan, deh.

Ah ya, kemarin dia ngomel-ngomel saat di jalan macet dan ada kendaraan yang membunyikan klakson di belakang. "Sabar dong, Pak. Itu di depan ada mobil. Kakak aja sabar ini. Bikin Kakak kaget aja." Hahaha.

Saat berhenti di sebuah lampu merah, yang berhenti di sebelah kami adalah sebuah ojek motor. "Itu motor untuk apa, Mi?" Tanyanya. Saya celingak-celinguk mencari kendaraan aneh yang mungkin menarik perhatiannya. Tidak ada. Tiba-tiba Bapak ojek bertanya, "Umur berapa? Udah sekolah?" Dan saya baru paham setelah Pak Ojek dan penumpangnya pergi bahwa motor si Bapaklah yang ditanya Zahro, hehe. Motor kuning dengan Bapak berjaket dan berhelm kuning bertuliskan Ojek Motor. "Oooo... itu namanya ojek motor, Kak."
Z: Ojek motor itu apa?
U: Jadi misalnya kakak mau pergi ke suatu tempat, Kakak telefon Bapak itu, trus minta tolong dianterin. Nanti kalau udah nyampe, bayar deh. Misalnya Kakak mau ke mana?
Z: Ke Jakarta.
U: Hahaha... Kejauhan. Kapan nyampenya? Yang di sini-sini aja.
Z:Ya udah, ke Surabaya.
Hahaha, lucunya dirimu, Kak.

Saat Maghrib, dia sholatnya lama. Selepas sholat dia bertanya.
Z: Sholat Kakak bagus nggak, Mi?
U: Bagus. Kok bagus kenapa?
Z: Karena di hati Kakak ada sholat.
U: Ooo... Lha kalau pas sholatnya cakar ayam di hati Kakak ada apa?
Z: Ada api.
U: Ih, kok seram?
Z: Iya. Makanya sholatnya cakar ayam.
Kalau sholatnya bagus, di hati ini ada syurga.
Hahaha... analogi yang unik tentang sholat khusyuk by Zahro.

Nah ketika makan malam, dia bertanya dan menjawab sendiri?
Z: Mi, Lima tambah Enam berapa? Sebelas. Enam tambah lima berapa? Sebelas.
Pertanyaan bentuk itu adalah pertanyaan gaya neneknya Zahro. Neneknya senang bertanya berapa jumlah 3+7, 4+6, 5+5, 2+8, dst. Sepertinya sangat berkesan buatnya. Dan dia jadi suka bertanya dan menjawab sendiri penjumlahan seperti itu.
Tiba-tiba saja dia nanya,
Z: Mi, siapa sih yang ngasih nama satu, dua, tiga, empat, sampai setrilyun?
U: Maksudnya, Kak?
Z: Kenapa satu dinamai satu, dua dinamai dua, sampai setrilyun? Yang ngasih nama siapa?
#Haduh, Umi tersudut nggak bisa jawab. Hahaha...

~Zahro's Journal 25042014~

Kamis, 24 April 2014

Parenting: Membangun Kelekatan Ayah-Anak

Anak-anak kita membutuhkan kedekatan dan kelekatan tidak hanya kepada Ibunya saja, tetapi juga kepada Ayahnya. Seorang Ayah, bukan hanya penjemput rizqi keluarga. Sebagaimana seorang pemimpin yang akan ditanya mengenai kepemimpinannya, maka Ayah akan ditanya tentang keluarganya di akhirat nanti. Bagaimana Ayah akan menjawab pertanyaan ALLAH nanti jika dia tidak terlibat dalam pengasuhan anaknya?

Anak laki-laki yang dekat dengan Ayahnya pasti bisa seru-seruan bareng, ya. Sedang anak perempuan yang dekat dengan ayahnya akan tumbuh rasa aman (secure) di dalam dirinya. Banyak saya temui remaja perempuan yang berpacaran dan saya tanya apa alasan mereka berpacaran, hampir semua beralasan agar mendapat kasih sayang dari sosok laki-laki. Kasih sayang yang tidak mereka dapatkan dari Ayah mereka.

Jika ada yang bertanya kepada saya, "Anak Ibu dekat nggak sama Ayahnya?"
Hari ini, saya dengan bahagia mengatakan bahwa antara anak saya dengan Abinya sudah terjalin bonding atau kelekatan yang kuat. Bila 3-5 tahun yang lalu pertanyaan yang sama ditanyakan kepada saya, maka saya pasti ragu menjawabnya. Mengapa? Karena memang kelekatan antara anak saya dan Abinya tidak terbentuk sejak awal kelahirannya.

Barangkali ada yang terkejut jika mengetahui kenyataan bahwa saat anak saya bayi, Abinya hanya hitungan jari menggendongnya. Ya, hitungan jari. Bahkan mungkin tak sampai semua jari tangan. Ketika itu alasannya karena takut pakaiannya terkena najis. Alasan yang berlebihan buat saya. Mungkin bagi yang lain juga iya, kan? Masa sih hanya karena takut najis sampai tega tidak menggendong anak sendiri? Tapi itulah kenyataannya. Dampaknya tentu saja sudah terbayangkan, saat toddler Zahro tidak dekat bahkan cenderung takut kepada Abinya.

Saking risaunya, saya ingat sekali suatu kali saya sampai mengatakan kepada suami saya, "Umi tidak bertanggungjawab jika anak Abi tidak dekat dan tidak sayang kepada Abinya."

Ada satu alasan yang amat sering diulang-ulang suami saya, "Aku tidak tahu bagaimana seharusnya dan sebaiknya bersikap kepada anak, karena waktu kecil aku tidak mendapat kasih sayang dan perhatian dari Papa."

Pernyataan suami saya membuat saya mafhum. Ah ya, suami saya tidak punya contoh bagaimana seorang ayah terlibat dalam pengasuhan anak. Memang, Papa mertua saya selalu bertugas di luar kota. Sampai saya menikah dengan suami pun masih seperti itu.

Saya yakin, selain suami saya ada banyak sosok Ayah yang pada masa kecilnya mempunyai ruang kosong dari peran dan kasih ayah mereka. Tapi beberapa orang yang saya kenal ada yang mengambil pelajaran dari kekosongan itu dengan tidak melakukan hal yang sama kepada anak mereka. Mereka menjadi ayah yang sangat peduli, sangat dekat dan terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka.

Tentu saja sayapun ingin suami saya juga  menjadi bagian dari Ayah yang seperti itu. Saya tidak mau alasan suami saya menjadi pembenaran bahwa dia berhak untuk tidak dekat dengan anaknya.  Karena dia tidak merasakan kasih sayang Papa saat dia kecil, maka anaknya boleh tidak merasakan kasih sayang. Hello, anaknya punya hak untuk mendapat kasih sayangnya.

So, what should I do? Saya tidak boleh dong hanya menyalahkan doang lalu tinggal diam. Mau sampai kapan kalau cuma menunggu?

Maka saya pun memulai ikhtiyar saya, sebagai seorang istri, sebagai seorang Ibu. Sebuah misi membangunkan kelekatan antara Zahro dan Abinya. Apa yang saya lakukan? Bermula dari hal-hal sederhana saja. Ketika Zahro meminta saya membantunya melakukan sesuatu, misalnya membuka bungkusan makanan, maka saya minta dia agar meminta bantuan kepada Abinya. Ketika Abinya pamit membeli sesuatu ke swalayan dekat rumah, maka saya katakan kepada Zahro, "Sana minta ikut sama Abi." Akhirnya setiap Abinya akan pergi ke tempat yang tidak jauh dan tidak lama Zahro selalu minta ikut. Minta ditemani naik sepeda, minta diantarkan berenang ke homestay dekat rumah, makan sepiring berdua, berangkat dari hal-hal kecil dan sederhana itulah mereka menjalin kelekatan. Dan. . . hari ini saya bisa melihat cinta dan kasih sayang telah tumbuh di antara mereka berdua. Sampai sekarang, saya selalu memberi kesempatan kepada mereka berdua untuk punya father-daughter moment.

Jadi, ketika seorang Ibu melihat ada fatherless di dalam keluarga, barangkali kita bisa mengulurkan tangan untuk membantu melekatkan anak-anak kita dengan Ayah mereka dengan memberi mereka kesempatan untuk mempunyai momen ayah-anak. InsyaALLAH kebersamaaan yang berulang, momen-momen sederhana namun berharga itu akan menumbuhkan cinta di antara mereka. Wallahua'am.

Momen-momen indah ayah-anak yang sempat terekam:

Makan yoghurt berdua ^^

Makan nasi sepiring berdua ^^

Pompa ban sepeda berdua ^^





























24042014
~eMJe~

Bihun Jamur

Ada satu kebiasaan asyik di kampung kami setiap perayaan hari besar yang diselenggarakan bersama, yaitu kado silang. Pengistilahannya sih doorprize. Tapi semua yang datang pasti kebagian, hehehe. Seru, ya.

Seperti saat peringatan Hari Kartini yang lalu, kami juga memberi dan mendapat hadiah. Salah satu yang ada di balik bungkusan cokelat yang kami terima adalah bihun jagung. Salah satu jenis makanan favorit Zahro.

Rada-rada susahnya memasak makanan di rumah kami adalah Zahro dan Abinya tidak suka makanan pedas, sedangkan saya si anak Sumatera Utara ini sudah barang pasti senangnya makan yang pedas-pedas. Akhir-akhir ini saya lebih mengutamakan menu yang bersahabat dengan Zahro dan Abinya. Ntar yang punya saya dicampur cabe belakangan, wkwkwk.

Then, saya pun mengolah bihun jagung hadiah. Seperti biasa, memakai apa yang ada di kulkas. Kebetulan beberapa hari lalu beli jamur, jadi bihunnya saya olah dengan jamur. This is it, Ladies.

Bahan:
Bihun jagung (karena halus banget saya nggak pake merebus, hanya saya rendam air. Pernah punya pengalaman direbus bihunnya jadi hancur)
Bawang merah
Bawang putih
Telur
Sawi
Kubis
Jamur kancing potong kecil-kecil
Daging giling
Garam
Lada
Kecap manis

And... begini hasilnya:





Rabu, 23 April 2014

It's about Beauty & Hijab

Since three weeks ago, every Thursday ba'da Asar saya dan suami diminta mengisi kelas mentoring teman-teman mahasiswa LP3I Yogyakarta. Suami saya mengisi kelas putera, saya mengisi kelas puteri. Di akhir sesi pekan lalu saya bertanya kepada adik-adik yang saya dampingi,
"Ada request untuk pekan depan?"
Nah, mereka meminta sesi tentang hijab.
Well, sambil nyiapin presentasi sekalian aja saya share ke sini, hehehe.
Waduh, jadi ingat tulisan saya My Hijab Story masih part 1, part 2-nya entah kapan, kekeke.

Bicara perempuan itu biasanya identik dengan kata cantik, beautiful, beauty. . . gitu deh, ya. Cantik itu klasiknya lekat dengan wujud kulit putih, rambut panjang, tubuh langsing (versi iklan, kekeke. . .). Tapi saya yakin semua perempuan tidak sesempit itu mendefinisikan istilah cantik. For me, sederhananya kecantikan seorang muslimah adalah seperti di bawah ini:

Cantik versi saya ^^ 


Di buku anak saya (Serba-serbi Al-Qur'an by Kak Eka Wardhana, Ruman Pensil Publisher), ada kisah tentang akhlaq Luqmanul Hakim. Kita bisa belajar tentang kecantikan dari kisah tersebut. Begini isinya:
Saking pandai dan bijaksananya, Luqman dijuluki "Luqmanul Hakim", yang artinya "Luqman yang Bijaksana". Kepada anak-anaknya dia memberi nasihat:
"Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan ALLAH, sesungguhnya menyekutukan (ALLAH) benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman: 12-13).
Sesungguhnya Luqman bukanlah seorang Nabi ataupun Raja. Ia hanya seorang penggembala. Suatu hari Sang Majikan meminta Luqman menyembelih seekor kambing dan mengambil daging yang paling enak dari kambing tersebut. Maka Luqman menyuguhkan lidah dan hati.
Beberapa hari kemudian Sang Majikan meminta Luqman menyembelih seekor kambing lagi. Tetapi kali ini dia meminta diambilkan daging yang paling tidak enak. Kali ini Luqman kembali menyajikan lidah dan hati. Hal ini tentu saja membuat majikannya keheranan. Ia menyampaikan rasa herannya kepada Luqman. Luqman menjawab,
"Kedua bagian itu adalah yang paling enak jika benar-benar baik. Dan menjadi yang paling tidak enak jika benar-benar buruk."

Maknanya, baik-buruknya diri kita sebagai manusia dapat dilihat dari baik dan buruknya hati dan lidah kita.

Nah, bagaimana soal hijab? Wajib nggak sih muslimah itu berhijab? Kita jawab dengan firman ALLAH Ta'ala aja ya. Rupa-rupanya ALLAH sudah kasih tahu kita soal pakaian di dalam Al-Qur'an, lho.

QS Al-A'raf ayat 26 

Bagaimana dengan kewajiban jilbab?

QS Al-Ahzab: 59 

Lalu, syarat-syarat busana muslimah itu seperti apa sih?  Para ulama mempersyaratkan busana muslimah berdasarkan penelitian dalil Al-Qur’an & As-Sunnah sebagai berikut:

Harus menutupi seluruh tubuh, hanya saja ada perbedaan pendapat dlm hal menutup wajah & kedua telapak tangan. Dalilnya adalah QS. An-Nuur : 31 serta QS. Al-Ahzab : 59 di atas. Sebagian ulama memfatwakan bahwa diperbolehkan membuka wajah & kedua telapak tangan, hanya saja menutupnya adalah sunnah & bukan sesuatu yang wajib.

Pakaian itu pada hakikatnya bukan dirancang sebagai perhiasan. Dalilnya adalah ayat yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang bisa tampak.” (QS. An-Nuur : 31) Penulis Fiqhu Sunnah li Nisaa’ berpendapat bahwa mengenakan jilbab yang berwarna hitam lebih utama karena itu merupakan kebiasaan para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pakaian itu harus tebal, tak boleh tipis supaya tak menggambarkan apa yang ada di baliknya. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan dua golongan penghuni neraka yang salah satunya adalah para perempuan yang berpakaian tapi telanjang (sebagiamana tercantum dalam Shahih Muslim) Maksud dari hadits itu adalah para perempuan yang mengenakan pakaian yang tipis sehingga justru menggambarkan lekuk tubuh & tak menutupinya.

Harus longgar, tak boleh sempit atau ketat karena akan menampakkan bentuk atau sebagian dari bagian tubuhnya.

Tidak perlu diberi wangi-wangian. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW:
“Perempuan manapun yang memakai wangi-wangian kemudian berjalan melewati sekelompok orang agar mereka mencium keharumannya maka dia adalah perempuan pezina.” (HR. An-Nasa’i, Abu Dawud & Tirmidzi dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari).

Tidak boleh menyerupai pakaian kaum lelaki. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat lelaki yang mengenakan pakaian perempuan & perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud & Ahmad dgn sanad sahih)

Bukan pakaian yang menunjukkan ada maksud untuk mencari popularitas, yaitu segala jenis pakaian yang dipakai utk mencari ketenaran di hadapan orang-orang, baik pakaian itu sangat mahal harganya –untuk memamerkan kakayaannya- atau sangat murah harganya –untuk menampakkan kezuhudan dirinya.

Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memakai busana popularitas di dunia maka Allah akan mengenakan busana kehinaan pada hari kiamat, kemudian dia dibakar api di dalamnya.” (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah dgn sanad hasan lighairihi).
(Rujukan: Fiqhu Sunnah li Nisaa’)

Nah, gambar satu ini saya rasa penting untuk saya sertakan karena masih banyak sekali saya lihat muslimah yang memakai jilbab dengan gaya berikut.

Jilbab punuk unta 

Nah, kira-kira itu dulu share tentang hijab kita, ya. Satu lagi pesan saya kutipkan dari buku The Ideal Muslimah:



Mudah-mudahan tulisan sederhana di atas ada manfaatnya, ya.
Kebenaran hanya milik ALLAH Ta'ala.
Semoga ALLAH mampukan kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan menebarkan kebaikan.
Wallahua'lam,


23042014
~eMJe~





Selasa, 22 April 2014

Zahro's HS Journal: Belajar Membaca, Sebuah Proses

Dulu zaman saya masih SMP, di sekolah kami pernah digalakkan program gemar membaca. Salah satu bentuknya adalah dengan mewajibkan semua siswa membawa buku bacaan ke manapun akan pergi saat jam istirahat. Asal jangan dibawa ke toilet, kekeke. Apakah cuma dipegang-pegang, apakah dibaca satu halaman, satu paragraf, satu kalimat, atau cuma huruf pertamanya doang terserah. Yang penting jam istirahat wajib pegang buku.  "Membaca adalah jendela dunia" merupakan kalimat yang sangat tenar kala itu. Program itu lumayan berefek positif buat saya. Saya jadi senang membaca. . . novel. Hahaha. . . Bukan sembarang novel lho, ya. Tapi novel klasik semacam Siti Nurbaya, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan sejenisnya. Intinya saya jadi senang membaca.

Nah. . . poin dari tulisan saya bukan itu sebenarnya, tapi tetap masih seputar membaca. Jadi, sebagai seorang Ibu, saya menerjemahkan kalimat al-ummu madrasatul uula secara sangat eksplisit. Mimpi saya, bila ALLAH beri kemampuan saya ingin sekali semua first knowledge Zahro ia dapatkan dari saya. Membaca tentu saja menjadi bagian di dalamnya. Karena itu saat dia masih sekolah, sebelum kami memutuskan HS, saya menyampaikan kepada gurunya bahwa saya tidak menempatkan kewajiban mengajarkan Zahro membaca kepada guru.

Sampai akhirnya kami memulai homeschooling Zahro memang belum bisa membaca. Karena itu membaca menjadi bagian dari proses belajar kami di rumah. Saya sengaja mempraktekkan ilmu yang saya pelajari dari latar belakang pendidikan saya, yaitu mengajarkan membaca pada saat anak sudah mencapai usia siap membaca. Sederhana tujuannya. Sekedar ingin melihat apakah faktor kematangan itu berpengaruh terhadap proses belajarnya. Dan ternyata, dalam amatan saya cukup berpengaruh saudara-saudara, proses belajar membaca Zahro tidak lama. Sekitar 2 pekan jika semua hari yang dipakai untuk belajar membaca ditotal.

Kami tidak belajar membaca setiap hari. Hanya satu sampai tiga kali dalam sepekan. Waktunya juga singkat saja. sekitar 5-10 menit. Saya menggunakan beberapa media peraga dalam proses ini.
1.  Buku yang beredar di pasaran.
Ada 3 buku yang kami gunakan. Tujuannya, untuk melihat buku mana yang paling efektif. Semua buku yang kami gunakan secara umum menggunakan metode yang sama, yaitu metode suku kata.
Kesimpulan saya:
Zahro lebih mudah belajar suku kata yang menggabungkan satu konsonan dengan semua vokal. Misal: ba   bi   bu   be   bo, ca   ci   cu   ce   co, dst. daripada yang metodenya  a   ba   ca   da,   i   bi   ci    di. Mengapa? Menurut saya nih ya, karena dia adalah anak dengan gaya belajar audio, dia mudah mengingat bunyi suku kata, tetapi agak sulit menghafal visualnya. Karena itu jika dia lupa cara membaca satu suku kata, dia akan menzaharkan suara lalu suara itu dia cocokkan ke visual suku katanya.
Dengan metode tersebut, alhamdulillah dalam 3-4 sesi Zahro sudah lulus membaca suku kata terbuka.

Salah satu buku yang kami gunakan



2. Flash cards.
Saat Zahro bayi saya pernah membeli flash cards. Tapi sayang, Zahro tidak berminat, hehehe. Nah, dari flash cards yang ada saya pilah-pilah kartu yang berisi kata dengan suku kata terbuka. Dengan kartu-kartu itulah Zahro memperlancar membaca suku kata terbukanya.
Membaca dan menuliskan kembali kata di flash card
3. Memanfaatkan program Word di komputer
Untuk menambah dan memperlancar kemampuan membaca suku kata terbuka, saya menuliskan kalimat sederhana yang bermakna untuk dibaca Zahro. MasyaALLAH, girangnya luar biasa jika Zahro tahu bahwa dia sudah bisa membaca kalimat bermakna.

Kalimat sederhana yang saya tulis lalu saya print






Sampai di situ proses belajar suku kata terbuka kami. Untuk suku kata tertutup proses belajar kami sudah mulai acak dengan tetap menggunakan media-media di atas. Sesekali dengan buku, sesekali dengan memintanya menebak kata yang saya tuliskan di komputer, sesekali dengan membaca pictoral book.

Nah, hari ini momennya sangat menyenangkan. Zahro berhasil membaca tiga halaman buku favoritnya saat masih toddler, tentang anak tikus yang ingin tahu makna kasih sayang dengan lancar. Barokallaah ya Nak, dan semangat membaca terus. ^-^

Jogja, 22042014
~eMJe~

Zahro's Favorite Book



Playdough ala Umi dan Kak Zahro

Menjadi bagian dari pelaku homeschooling (unschooling sih tepatnya) yang masih amatiran, tentu menuntut kemauan belajar yang tinggi, rasa ingin tahu yang besar, upaya untuk menjelajah informasi terus-menerus, mencari sumber aktivitas yang menarik yang tak putus, dan yang lain-lain lagi. Jujur, kadang-kadang ide beraktivitas yang menyenangkan mentok, maka harus puter-puter otak, telusur-telusur ide kreatif. Nah, di tulisan ini saya mau share salah satu aktivitas menyenangkan kami, yaitu making a homemade playdough.

Salah satu aktivitas yang paling disenangi Zahro adalah yang berhubungan dengan tepung. Nggak bisa lihat tepung deh dia pokoknya. The most favorite food Zahro juga berhubungan dengan tepung, yaitu roti jala. Pada tahu, kan? It's so simple to make it. We just need flavor (tepung terigu), garam, minyak, dan air hangat. Saya punya alat untuk membuat jalanya sih, oleh-oleh dari Mama waktu beliau jalan-jalan ke Malaysia. Karena itu kalau udah lihat tepung udah deh, "Mi, kakak mau aduk-aduk." Kaga ngerti ya dia kalau tepung itu bahan makanan, bukan mainan, hehehe. . . Saya emang pernah sih kasih dia mainan tepung sama air. Mungkin momen itu sangat berkesan buatnya. Tapi jangan sering-sering dong Kak, mubaziiiir. :D

Okay, back to the topic. Jadi ceritanya saya pernah belikan Zahro beberapa set playdough. Lumayan harganya, satu set 25.000-40.000 rupiah. Satu set isinya beberapa box kecil playdough warna-warni plus cetakan-cetakan. Playdough-playdough itu sering dia bawa kalau ikut saya ke mana-mana, plus dimainin juga kalau ada anak-anak datang ke rumah. Akhirnya sampailah ajal semua playdough itu, mengeras, hancur menjadi remahan-remahan, dan tercampur aduk.

Beli lagi? Iiih. . . isinya dikit harganya lumayan. Nah, datanglah ide. Kenapa kami nggak buat playdough sendiri aja? Saya langsung searching cara membuat playdough saat itu juga. Ide membuat playdough saya sampaikan kepada Zahro. Dan keesokan harinya kamipun merealisasikannya. This is it, guys.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat playdough adalah:
Tepung (saya nggak nakar-nakar pake timbangan)
Garam
Baking powder
Minyak
Air hangat
Pewarna (boleh pewarna makanan boleh pewarna lukisan asal yang safe for children ya). Kalau kami pakenya pewarna lukisan karena nggak punya pewarna makanan.
Ini dia nih wujudnya:

Bahan-bahan
Saya juga menyiapkan box-box kosong untuk playdough yang sudah jadi nanti. Boxnya memanfaatkan box playdough Zahro yang udah rusak isinya. Ada wujud pewarnanya juga tuh.

Box dan pewarnanya
Proses membuatnya sederhana saja. Tepung + garam + baking soda dicampur. Beri ruang di bagian tengah. Tuang minyak, lalu tuang air perlahan-lahan sambil adonan diuleni hingga kalis. Almost all of that activities dikerjakan Zahro sendiri.

Zahro sedang menguleni tepung


Setelah adonan kalis, kami membagi adonan menjadi bagian kecil-kecil agar mudah membagi warnanya. Setelah itu masing-masing bagian diberi warna yang berbeda, lalu ditempatkan di box masing-masing. Dan. . . jadi deh.
Bagi-bagi playdough

Coloring

Hasil akhir
Nah, mudah kan bikinnya? Selain mudah, hemat juga, hehehe. Agar playdoughnya tahan lama jika sedang tidak digunakan masukkan playdough ke dalam lemari es. Jika tidak maka playdough akan cepat berjamur. Bila playdough menjadi keras setelah dimasukkan ke lemari es, diamkan dulu di suhu ruang sebelum dipakai bermain. Selamat mencoba and have a great moment with our children.

Zahro HS Journal, 22042014
~eMJe~

Iseng ala Kak Zahro

Ada dua kejadian lucu yang beyond my imagination, bahwa Zahro ternyata bisa iseng dan usil juga. She's almost 6 years old. Nggak terasa udah gede anakku. Subhanallaah. 
almost 6 years old Kak Zahro


Kejadian pertama di suatu siang, saat kami tengah bersantai di hamparan kasur lipat, mau bobok siang maksudnya :-p. Cahaya matahari cukup terang menembus jendela kamar siang itu. Angin sepoi-sepoi yang berseliweran dari daun jendela yang saya buka lumayan menyejukkan udara kamar yang panas. Enjoyable deh pokoknya.

Saya nggak tahu apakah anak-anak lain seusianya masih seperti Zahro. Dia masih punya ritual berimajinasi, ngoceh ngalur ngidur sendiri sebelum tidur, seperti siang itu. Tiba-tiba dia bertanya kepada saya,

Zahro (Z): Mi, Kakak ada teka-teki. Apa yang kakinya empat berjalan pakai tongkat?
Hahaha, asli nih teka-teki belum pernah saya dengar sebelumnya.
Umi (U): Apa ya? Nggak tahu.
Z: Kucing udah kakek-kakek kakinya sakit.
Wakakaka. . . nggak nyangka si Kak Zahro bikin teka-teki begitu. Lucu, kan? Buat saya lucu banget, hehehe. 

Nah kejadian kedua saat teman mainnya datang ke rumah. Kakak adik yang berdarah Sunda. Si Kakak biasa dipanggil Teteh oleh adiknya. Saat mereka sedang bermain, Zahro memanggil temannya yang besar.
Z: Teh. . . Teteh. . . Teteh celup.
Ahahaha. . . Ya ALLAH anakku. Syukurlah temannya nggak ngambek. 

Well, I feel grateful dengan selera humor Zahro. Umi tunggu keisenganmu yang lain ya, Nak.

Jogja, 22042014
~eMJe~

Sabtu, 12 April 2014

Being Grateful

Sedikitnya sekali, hampir setiap bulan saya pasti mengalami yang namanya sendirian di rumah saat weekend (seperti hari ini). Puteri saya menginap di rumah eyangnya, dan suami ada acara ke luar kota atau negeri. Jadi waktu yang banyak dicari-cari kaum Ibu dengan istilah "me time" itu buat saya tidak perlu dicari-cari, karena dengan izin ALLAH hampir selalu menghampiri saya, minimal satu bulan sekali. Terkadang terbersit rasa di hati ingin ikut suami, tapi selalu urung karena dia pasti akan sibuk sendiri dengan kegiatannya dan saya berakhir bengong tidak tahu mau ngapain (seperti yang pernah terjadi beberapa kali, kekeke).

Anyway, saya pernah bertanya ke beberapa teman apa ya hal menarik yang bisa saya lakukan saat sendirian begini? Ada yang menyarankan shopping, nyalon, nonton, wekekeke. . . aktivitas yang I'm not really enjoying. Endingnya, hampir selalu "me time" itu hanya saya isi dengan berleha-leha saja di rumah. Tidur-tiduran, eksperimen masak, baca buku, atau nonton di tablet. Tapi, sebenarnya yang paling sering saya lakukan di kesempatan seperti ini adalah bertafakkur dan mentadabburi kembali nikmat-nikmat yang telah ALLAH beri, yang tidak dapat saya dustakan. Masya ALLAH, bahkan punya kesempatan seperti ini pun adalah sebuah nikmat luar biasa dari ALLAH untuk saya, kesempatan untuk bertafakkur, bersyukur, bahkan mengingat maut. Yah, sejak ditinggal almarhum Abah setahun kemarin dzikrul maut serasa jadi sahabat karib saya.

Rupa-rupanya saat-saat bersendirian ini, ketika urusan kebutuhan suami dan anak saya letakkan untuk sementara waktu, helaian daun yang tertiup angin pun jadi amat romantis, arakan awan di langit terlihat amat anggun, kepakan sayap kupu-kupu warna kuning di taman depan rumah yang sehari-hari saya pandang sambil lalu saja tampak begitu mengagumkan. Hal-hal yang selama ini terabaikan karena kesibukan harian menjadi demikian kasat mata. . . mempesona. Bahkan, sarapan di balik jendela yang di luarnya tertata tanaman puteri kecil saya terasa bagaikan sarapan di hotel berbintang, dengan pemandangan indah di balik kaca.


Subhanallaah. . . nikmat ALLAH mana lagikah yang patut saya dustakan?

#Dari balik jendela, 12042014
^eMJe^