Seorang sahabat saya mengaku begitu asyik dengan gadget padahal batitanya ada di sebelahnya. Dia melakukan kesalahan tidak hadir secara utuh saat menemani batitanya bermain. Suatu hari gadget itu terjatuh ke selokan, dan dia meyakini bahwa itu adalah cara Allah menegurnya untuk memperbaiki pengasuhannya. Sekarang, dia selalu hadir seutuhnya saat menemani batitanya bermain.
Salah seorang pakar parenting yang pernah saya ikuti kelasnya mengatakan bahwa mulanya dia adalah seseorang yang mudah marah kepada anak-anaknya. Akibatnya, anak-anaknya menjadi anak-anak yang juga mudah marah. Belajar dari kesalahan itu beliau memperbaiki diri dan kualitas pengasuhannya. Itulah yang menjadi modal beliau berbagi dan akhirnya menjadi pakar pengasuhan.
Artinya, siapapun mungkin, boleh, bahkan pasti pernah melakukan kesalahan dalam praktik pengasuhan. Yang menjadikan kita orangtua yang baik atau tidak adalah apakah kita bersedia berubah dan memperbaiki diri setelah mengetahui kesalahan pengasuhan yang kita lakukan.
Yuk, terus evaluasi kualitas pengasuhan kita. Observasi diri sendiri dan baca perilaku anak. Sebab, apapun praktik pengasuhan yang kita lakukan, hasilnya dapat kita baca dari perilaku anak. Semoga Allah beri kita taufik untuk senantiasa belajar menjadi orangtua yang baik. Aamiin. . .
Djogdja, 13 Januari 2015
~eMJe~
Aku suka banget baca tentang parenting. Makasih Mak. Aku baru sekali mampir ke sini. Salam kenal ya :)
BalasHapusSama-sama ya, Mak. Salam kenal juga :-)
BalasHapusEh..ketemu mami gessi..baguus banget nih..ini mak ita yg ketemu di acara kompas kmrn kan ya?
BalasHapusIyess, Mak Diba :-)
BalasHapus