Sabtu, 16 Agustus 2014

Curhatan Emak Pedagang Online

I want to start this writing with a praise to Allah. Why? Karena Allah nggak mengijinkan saya menulis ini akhir Juli lalu. Ketika otak saya masih beku. Saat hati saya masih panas. Tapi Allah akhirnya memberi saya waktu yang tepat untuk menulisnya. Saat Dia telah membantu saya menyelesaikan permasalahan ini, with a beautiful ending.

Masalahnya apa sih? Wekekeke...Pembukanya lebay banget, yah?

Sebagai IRT yang ngaku-ngaku pengen produktif, salah satu di antara beberapa hal yang saya kerjakan dari rumah adalah jualan online. Akhir-akhir ini saya lebih memilih jadi dropshipper daripada harus numpuk barang di rumah. Actually, alhamdulillah ngga banyak-banyak amat dinamika yang pahit pernah saya alami sejak jualan model kirim-mengirim barang. Paling customer yang nggak puas dengan kualitas produk trus minta tukar barang. Untuk perkara ini alhamdulillah produsen tempat saya jadi reseller juga welcome.

Baru Ramadhan kemarin ada dua kejadian yang mirip dan tidak sama saya alami. Dua kejadian itu berkaitan dengan proses pengiriman barang. Qodarullah pula keduanya melibatkan ekspedisi yang berbeda.

First case. Setiap Ramadhan perkara paket nyampe terlambat macamnya sudah biasa. Suatu hari saya mengirim dengan JNE Yes (Yakin Esok Sampai) karena paket yang saya kirim memang butuh segera sampai. 24 jam setelah saya kirim, ternyata paket belum sampai. 50 jam setelah saya kirim paket belum nyampe juga. Saya lantas mengambil screenshot setiap saat saya track paket itu. Jaga-jaga siapa tahu saya butuh claim garansi layanan JNE Yes. Setelah lewat 50 jam itu akhirnya saya telepon pihak JNE. Well, mereka profesional. Mereka katakan kiriman paket saya statusnya dinyatakan "gagal". Paket tetap akan diantarkan ke penerima dan saya berhak mengajukan klaim. Proses mengajukan klaim juga mudah. Saya diminta datang ke agen tempat saya mengirim barang dan mengisi beberapa form yang sudah disediakan pihak JNE. Sertakan resi pengiriman asli dan fotokopi KTP, beres deh. Klaim yang saya ajukan cair.

Untuk case pertama, mudah karena paket saya kirim sendiri. Untuk case kedua, lumayan ribet karena saya dropship. Kisahnya berawal dari dropship yang saya lakukan per tanggal 8 Juli 2014. Nominal transaksinya lumayan, almost setengah juta (pake juta biar kelihatan banyak, hahaha). Saya menjanjikan kepada customer bahwa paket akan nyampe sekitar 4 hari berdasar layanan ekspedisi yang digunakan. Tanggal 14 Juli 2014 customer saya mengabari bahwa paketnya belum dia terima. Okay, saya langsung calling supplier minta nomor resi. Setelah dapat dan saya cek, alhamdulillah paket sudah di kota tujuan. Well, saya langsung meneruskan informasi kepada customer. Esok harinya saya track lagi itu nomor. Alhamdulillah udah " SUCCESS" statusnya. Ada yang mengganjal sih di benak saya. Nama receiver bukan nama yang tertera di cover paket. Tapi saya sangka baik aja.

Ganjelan di hati saya mulai terbukti ketika tanggal 24 Juli 2014 customer saya menanyakan paketnya. Kenapa belum nyampe juga?  Nah lo, lalu itu paket nyampenya ke mana dan yang nerima siapa? Saat itu juga saya langsung menghubungi supplier dan ekspedisi buat konfirmasi. Ajib jawaban dua-duanya. Supplier mengatakan bahwa kewajiban mereka selesai begitu paket mereka masukkan ekspedisi. Ekspedisi mengatakan bahwa kewajiban mereka sudah selesai karena paket sudah dikirim ke alamat yang sesuai. Waktu itu pengen ketawa sambil nangis rasanya.

Memang alamat tujuan paket itu adalah sebuah sekolah. Menjadi alasan supplier dan ekspedisi bahwa yang menerima belum tentu nama di cover paket. Buat saya, sekolah adalah tempat umum. Nggak hanya murid, guru dan perangkat sekolah yang bisa masuk, tapi juga tamu. Seharusnya kurir lebih hati-hati menyampaikan paketnya. Kasih ke satpam, kek. Atau paling tidak mintalah nomor hape si receiver. Parahnya lagi, customer saya tidak mengenal nama si receiver itu.

Sudah lengkaplah alasan untuk saya menanggung rugi. Akhirnya terpaksa (jujur aja ada rasa terpaksa) saya mengembalikan uang customer. Lalu saya mengirim surat elektronik ke customer service TIKI (ekspedisi yang digunakan waktu itu). Saya sampaikan kekecewaan saya kepada mereka. Dalam hati saya udah bulat tekad kalau mereka ngga kasih tanggapan positif, saya mau spread ini case ke surat pembaca media massa, blog dan media online lainnya.

Waktu itu cepat banget respon pihak TIKI. Mereka berjanji akan melakukan investigasi. Syukurlah, batin saya. But, that's it rupanya. Sampai hari ini saya tidak menerima hasil investigasinya. Seiring waktu sebenarnya saya mulai ikhlas, memilih introspeksi diri. Kesalahan barangkali ada di saya. Mungkin ada rizqi saya yang harus dibersihkan Allah dengan cara ini.

Sampai akhirnya tiga hari yang lalu customer saya kirim pesan whatsapp. Dia bilang ternyata paketnya diterima sesama rekan di sekolah itu. Langsung dimasukin laci dan lupa menyerahkannya. Dan memang, nama rekan kerja itu berbeda dengan nama yang tercatat di hasil track sebagai receiver. MasyaAllah... Laa hawla walaa quwwata illaa billaah. Nggak ada yang nggak mungkin bagi Allah jika Dia berkehendak. Nggak akan berpindah rizqi itu jika sudah Allah beri. Saya jadi makin cinta sama Allah. Makin yakin akan kasih sayang, janji dan keadilan-Nya. Makin sadar akan campur tangan-Nya. Alhamdulillah ya Allah... Jika kejadian waktu itu untuk membersihkan rizqi saya, semoga Allah bersihkan terus di dunia, agar ringan hisab saya di akhirat nanti. 

Alhamdulillah waktu itu Allah jaga hati, lisan dan tangan saya dari menyebarkan kekecewaan saat saya masih diliputi emosi negatif. Makasih ya Allah untuk jawaban indah dari-Mu.

Semoga Allah jaga kita dan ahli keluarga kita dengan cara hanya memberi kita rizqi yang halal dan barokah. Aamiin...

Djogdja, 16082014
~eMJe~


Kamis, 14 Agustus 2014

-=Zahro's HS Journal: Peluk & Hafalan Surah Al-Kafirun Story=-

Surah Al-Kafirun ada enam ayat. Ayat ke-3 dan ke-5 sama isinya. Sering ada yang salah baca, nggak? Hehehe... Kenyataannya, Zahro sering terlupa melafalkan ayat ke-4 dan ke-5 saat dia sholat. Begitu selesai tiga ayat, langsung aja dia baca "Lakum diinukum waliyadiin".

Dua hari yang lalu kami memutuskan untuk memperbaiki hafalan Al-Kafirun itu. Karena dia sudah mulai membaca Al-Qur'an, saya minta dia melihat Juz 'Amma anak yang full color dulu. Biar menarik maksudnya. Rupa-rupanya, di juz 'Amma itu ada bahasa Arab yang dilatinkan. Zahro merasa mudah membacanya, sehingga itu yang dia baca dan bukan tulisan Arabnya. Padahal ya kalau salah baca jadi salah bunyi. Malah tambah belepotan makhrajnya. Hehehe... Dan saya alpa, Zahro adalah tipe pembelajar dominan auditori, bukan visual. Kesimpulannya, perbaikan hafalan hari itu... gagal. :D

Lantas saya mencoba metode yang lain. Menyertakan stimulus suara untuknya. Tetap melihat juz 'Amma, sekaligus memutar mp3 Al-Kafirun dengan memilih Qari yang bacaanya tidak terlalu cepat. Alhamdulillaah ada progressnya metode ini. Meski saat murojaah tetap ada " tet-tot"nya, tapi dia udah ngeh mana yang benar dari bacaan yang saya respon "tet-tot" itu.

Sehari-hari, reward yang diminta Zahro amat sederhana. Peluk dia sebelum tidur. Kata Abinya, "Mahar yang amat mudah," hehehe. Karenanya, negative reinforcement Zahro juga sederhana, tidak dipeluk sebelum tidur. Pusing deh dia kalo udah terancam dapat negative reinforcement ini. :D

Nah, dia punya new habits yang bagus-bagus jelek sekarang. Makan sambil baca dan memperagakan yang dia baca. Meski sudah diingatkan berkali-kali untuk menyelesaikan makannya dulu, tetap aja bukunya diintip-intip. Walhasil dua kali nasinya tumpah, dan sekali berserakan remah-remahnya. Akhirnya kemarin terpaksa saya katakan, "Kakak malam ini tidak dipeluk ya, kesepakatannya tidak dilaksanakan. Nih nasinya sampai berserakan di mana-mana."

Well, kalau udah kena negative reinforcement begitu, usually setelahnya pembicaraan hanya akan seputar konfirmasi darinya bahwa hanya malam itu dia tidak dipeluk. Dia goda-goda saya juga pake kartu baca yang berisi kata "PELUK". "Mi, Kakak pengen dapat ini," kekeke...

Malam harinya, ih... Saya pengen peluk dia sebelum tidur. Tapi kan lagi jalanin kesepakatan? Gimana dong? Alhamdulillah ide datang.
Saya tanya dia, "Kak, dikasih quiz mau? Kalau bisa ntar dipeluk, deh."
"Mau!" jawabnya.

Dan quiznya adalah... Murojaah al-Kafirun tanpa "tet-tot", hahaha. Dia langsung sumringah dan mulai murojaah. MasyaAllah, sungguh-sungguh banget sampai tinggal satu aja "tet-tot" nya. Akhirnya... Dapat peluk deh. :-)

And we will have new activity before sleeping, yaitu... Quiz! :D

Djogdja, 14082014
~eMJe~

#homeschooling
#parenting
#journal

Senin, 11 Agustus 2014

Membangun Semangat Belajar Bersama (Our Homeschooling's Notes)

Tak terasa telah 10 bulan kami menjalaninya. Satu tahun kurang dua bulan. Warna-warni hari yang kami lalui, beragam pengetahuan dan keterampilan baru yang kami capai bersama, menjadi nuansa indah di sini. . . di rumah kami.

Saya masih ingat, awalnya Zahro tidak begitu percaya diri dengan statusnya sebagai seorang anak homeschooling. Dan entah kenapa, siapapun orang baru yang kami temui (bahkan sampai saat ini) pasti bertanya "sekolah di mana?" kepada Zahro. Mungkin karena saya selalu membawa Zahro ke mana saja saya ada keperluan, bahkan di jam-jam yang seharusnya anak seusianya bersekolah. Tadinya Zahro selalu menyebut nama PAUD tempat dia pernah bersekolah setiap beroleh pertanyaan itu. Dia malu menyatakan dirinya homeschooling. Tetapi sekarang tidak lagi. Dia sudah percaya diri menjawab bahwa dia homeschooling, sekolahnya di rumah, bersama Uminya. Alhamdulillaah. . . :-)

Dalam perjalanannya, ternyata proses belajar kami adalah by target. Kami berorientasi pada target-target capaian. Setelah satu target kami capai, baru kami beranjak ke target selanjutnya. Di awal menjalani homeschooling saya menargetkan dua kemampuan krusial untuk Zahro, yaitu mampu membaca latin dan mampu membaca Al-Qur'an. Wah, ternyata Zahro tidak mampu mencapai keduanya sekaligus. Karenanya, ketika itu saya fokus pada kemampuan yang lebih sederhana, yaitu kemampuan membaca latin. Alhamdulillah progress-nya baik dan kemampuan ini bisa dicapai Zahro dengan cepat (catatannya ada di sini: journalbelajarmembaca).

Efek kemampuan membaca Zahro memang tidak langsung tampak saat itu juga. Sebab meski sudah mampu, dia belum terlampau lancar membaca. Dia belum lihai menempatkan bunyi huruf "e" apakah tebal ataukah tipis. Yang ada semua huruf "e" dia baca tebal sehingga jika dia membaca kata yang mengandung huruf "e", pasti selalu seperti orang Batak bicara. Tapi kami biarkan saja dia begitu. Dan benar, seiring berjalan waktu, semakin banyak naskah bacaan yang dia mamah, semakin terampil pula dia membaca.

Sepekan setelah Idul Fitri menjadi momen yang begitu berkesan buat saya. Sebab sejak saat itu saya menyaksikan Zahro mulai begitu lekat dengan buku. Dia mulai memanfaatkan setiap waktu luang yang dimilikinya dengan membaca. Kemampuan membacanya juga kian pesat. Sekarang alhamdulillah sangat mudah menemukan momen-momen seperti ini setiap hari.


Target kedua untuk Zahro adalah mampu membaca Al-Qur'an. Saya niatkan target ini bisa dicapai dalam waktu satu bulan, selama bulan Ramadhan, sembari meminta kepada Allah agar memandang niat ini. Awal Ramadhan kami memulai dengan Iqro' 3. Kami istiqomah untuk belajar mengaji di dua waktu, setelah shalat Subuh dan setelah shalat Maghrib. Di akhir Ramadhan alhamdulillaah Zahro telah mencapai Iqro' 6. Saya memutusukn untuk memperlancar bacaannya langsung di Al-Qur'an dengan catatan setiap hari Zahro harus terus mengulang materi-materi yang krusial, misal: perubahan bunyi huruf setelah tanwin, perubahan bunyi huruf pada waqaf, dll dengan merujuk pada materi di buku Deeniyat. Kebiasaan ini (mengaji setelah Subuh dan Maghrib) insyaAllah kami niatkan untuk terus berlanjut.

Nah, di Ramadhan kemarin Zahro sempat menyaksikan hafizh Qur'an. Menyaksikan anak-anak seusianya mempunyai hafalan Qur'an yang banyak menumbuhkan semangatnya. Karena itu kami juga memulai target baru, yaitu menghafal Qur'an. Satu hari satu baris. Zahro menghafal juz 30, Umi menghafal surah-surah pilihan dari Al-Qur'an (ex: QS. Al-Waqi'ah, Ar-Rahman, Al-Mulk, dll).

Satu lagi minat barunya. Ingin tahu kosa kata bahasa Inggris. Untuk yang satu ini Umi memutuskan tidak dulu menargetkan capaian tertentu. Model yang kami gunakan untuk kosa kata ini adalah menjawab pertanyaan Zahro. Kosa kata apa yang ingin dia ketahui bahasa Inggrisnya. Satu hari 5 kata.

Proses yang kami jalani membuat saya mafhum, bahwa dengan homeschooling bukan hanya anak yang belajar, orang tuanya pun harus terus dan ikut belajar bersama. Maka kami merancang salah satu ruang di rumah untuk menjadi ruang belajar kami. Simple dan bikin betah tentunya :D


Di ruangan itulah kami membaca, belajar, searching lembar aktivitas, dan saya berkreasi menyusun lembar-lembar aktivitas untuk anak usia dini. InsyaAllah lembar-lembar aktivitas yang saya susun semoga bisa menjadi buku yang dapat membantu menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini lainnya.

Do'akan kami agar istiqomah. . .
Do'akan juga agar kami diberi Allah kemudahan untuk menghafal Qur'an. . .
Allahumma aamiin. . .

Djogdja, 11082014
~eMJe~

Tanyalah, "Are You Happy?"

Kemarin Zahro ikut beraneka ragam lomba dalam rangka hari kemerdekaan. Pengalaman baru dalam enam tahun kehidupannya. Pengennya dia ikut semua cabang lomba; masukin pensil ke dalam botol, lari karung, makan kerupuk, dan ambil koin dalam tepung. Tapi karena saya juga ada acara IIDN Jogja, akhirnya kami terpaksa undur diri setelah lomba makan kerupuk.

Semangatnya begitu luar biasa! Bahkan sejak surat edaran lomba dibagikan kepada warga seminggu yang lalu setiap hari dia bertanya, "Lombanya kapan?" Lihatlah ekspresinya ini,


Kemarin dia menjadi peserta dengan tubuh paling mungil, plus panitia tidak membagi peserta berdasar rentang usia. Jadi dalam lomba yang sama ada anak kecil dan ada remaja, hahaha. Bahkan Ibu-ibu yang pada nonton prihatin melihat Zahro. Tapi dia nggak peduli, nggak toleh kanan-kiri. Binar semangat dan kebahagiaan tak tertutupi dari wajahnya. Alhamdulillah dia berhasil memasukkan pensil ke botol dan berhasil mencapai finish lari karung tanpa terjatuh. Well, makan kerupuknya dia cuma berhasil tiga gigitan, hahaha.

Satu pertanyaan saya saat kami berjalan pulang, "Kakak senang?"
Dia mengangguk gembira sambil berkata, "Kakak pengen ikut semuanya."
Tetapi saya katakan tidak bisa karena kami harus pergi ke acara yang lain.

Sore harinya saya cerita kepada Mama tentang cucunya yang ikut lomba 17 agustusan. Pertanyaan spontan yang keluar dari lisan sang nenek, "Menang?"
Nah siang tadi Eyang Zahro datang ke rumah, dan kamipun menceritakan juga tentang lomba kemarin. Tak saya sangka pertanyaan spontan dari eyangnya sama, "Menang?"

Saya mencoba maklum bahwa orang tua kami masih memandang takaran suatu perlombaan adalah kemenangan. Tetapi saya bukanlah tipe orang tua yang menjadikan "menang" sebagai orientasi dari aktivitas-aktivitas yang diikuti anak. Melainkan dia senang, antusias, enjoy, itulah yang saya inginkan. Yang penting anak menikmati apa yang dilakukannya. Menang itu bonus saja.

Para orang tua, terutama yang senang anak-anaknya ikut lomba, yuk belajar bertanya, "Kamu senang?" pada anak setiap dia selesai mengikuti lomba sebelum kita bertanya, "Kamu menang?"

Djogdja, 11-08-2014
~eMJe~