Rabu, 23 April 2014

It's about Beauty & Hijab

Since three weeks ago, every Thursday ba'da Asar saya dan suami diminta mengisi kelas mentoring teman-teman mahasiswa LP3I Yogyakarta. Suami saya mengisi kelas putera, saya mengisi kelas puteri. Di akhir sesi pekan lalu saya bertanya kepada adik-adik yang saya dampingi,
"Ada request untuk pekan depan?"
Nah, mereka meminta sesi tentang hijab.
Well, sambil nyiapin presentasi sekalian aja saya share ke sini, hehehe.
Waduh, jadi ingat tulisan saya My Hijab Story masih part 1, part 2-nya entah kapan, kekeke.

Bicara perempuan itu biasanya identik dengan kata cantik, beautiful, beauty. . . gitu deh, ya. Cantik itu klasiknya lekat dengan wujud kulit putih, rambut panjang, tubuh langsing (versi iklan, kekeke. . .). Tapi saya yakin semua perempuan tidak sesempit itu mendefinisikan istilah cantik. For me, sederhananya kecantikan seorang muslimah adalah seperti di bawah ini:

Cantik versi saya ^^ 


Di buku anak saya (Serba-serbi Al-Qur'an by Kak Eka Wardhana, Ruman Pensil Publisher), ada kisah tentang akhlaq Luqmanul Hakim. Kita bisa belajar tentang kecantikan dari kisah tersebut. Begini isinya:
Saking pandai dan bijaksananya, Luqman dijuluki "Luqmanul Hakim", yang artinya "Luqman yang Bijaksana". Kepada anak-anaknya dia memberi nasihat:
"Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan ALLAH, sesungguhnya menyekutukan (ALLAH) benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman: 12-13).
Sesungguhnya Luqman bukanlah seorang Nabi ataupun Raja. Ia hanya seorang penggembala. Suatu hari Sang Majikan meminta Luqman menyembelih seekor kambing dan mengambil daging yang paling enak dari kambing tersebut. Maka Luqman menyuguhkan lidah dan hati.
Beberapa hari kemudian Sang Majikan meminta Luqman menyembelih seekor kambing lagi. Tetapi kali ini dia meminta diambilkan daging yang paling tidak enak. Kali ini Luqman kembali menyajikan lidah dan hati. Hal ini tentu saja membuat majikannya keheranan. Ia menyampaikan rasa herannya kepada Luqman. Luqman menjawab,
"Kedua bagian itu adalah yang paling enak jika benar-benar baik. Dan menjadi yang paling tidak enak jika benar-benar buruk."

Maknanya, baik-buruknya diri kita sebagai manusia dapat dilihat dari baik dan buruknya hati dan lidah kita.

Nah, bagaimana soal hijab? Wajib nggak sih muslimah itu berhijab? Kita jawab dengan firman ALLAH Ta'ala aja ya. Rupa-rupanya ALLAH sudah kasih tahu kita soal pakaian di dalam Al-Qur'an, lho.

QS Al-A'raf ayat 26 

Bagaimana dengan kewajiban jilbab?

QS Al-Ahzab: 59 

Lalu, syarat-syarat busana muslimah itu seperti apa sih?  Para ulama mempersyaratkan busana muslimah berdasarkan penelitian dalil Al-Qur’an & As-Sunnah sebagai berikut:

Harus menutupi seluruh tubuh, hanya saja ada perbedaan pendapat dlm hal menutup wajah & kedua telapak tangan. Dalilnya adalah QS. An-Nuur : 31 serta QS. Al-Ahzab : 59 di atas. Sebagian ulama memfatwakan bahwa diperbolehkan membuka wajah & kedua telapak tangan, hanya saja menutupnya adalah sunnah & bukan sesuatu yang wajib.

Pakaian itu pada hakikatnya bukan dirancang sebagai perhiasan. Dalilnya adalah ayat yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang bisa tampak.” (QS. An-Nuur : 31) Penulis Fiqhu Sunnah li Nisaa’ berpendapat bahwa mengenakan jilbab yang berwarna hitam lebih utama karena itu merupakan kebiasaan para isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pakaian itu harus tebal, tak boleh tipis supaya tak menggambarkan apa yang ada di baliknya. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan dua golongan penghuni neraka yang salah satunya adalah para perempuan yang berpakaian tapi telanjang (sebagiamana tercantum dalam Shahih Muslim) Maksud dari hadits itu adalah para perempuan yang mengenakan pakaian yang tipis sehingga justru menggambarkan lekuk tubuh & tak menutupinya.

Harus longgar, tak boleh sempit atau ketat karena akan menampakkan bentuk atau sebagian dari bagian tubuhnya.

Tidak perlu diberi wangi-wangian. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW:
“Perempuan manapun yang memakai wangi-wangian kemudian berjalan melewati sekelompok orang agar mereka mencium keharumannya maka dia adalah perempuan pezina.” (HR. An-Nasa’i, Abu Dawud & Tirmidzi dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari).

Tidak boleh menyerupai pakaian kaum lelaki. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat lelaki yang mengenakan pakaian perempuan & perempuan yang mengenakan pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud & Ahmad dgn sanad sahih)

Bukan pakaian yang menunjukkan ada maksud untuk mencari popularitas, yaitu segala jenis pakaian yang dipakai utk mencari ketenaran di hadapan orang-orang, baik pakaian itu sangat mahal harganya –untuk memamerkan kakayaannya- atau sangat murah harganya –untuk menampakkan kezuhudan dirinya.

Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memakai busana popularitas di dunia maka Allah akan mengenakan busana kehinaan pada hari kiamat, kemudian dia dibakar api di dalamnya.” (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah dgn sanad hasan lighairihi).
(Rujukan: Fiqhu Sunnah li Nisaa’)

Nah, gambar satu ini saya rasa penting untuk saya sertakan karena masih banyak sekali saya lihat muslimah yang memakai jilbab dengan gaya berikut.

Jilbab punuk unta 

Nah, kira-kira itu dulu share tentang hijab kita, ya. Satu lagi pesan saya kutipkan dari buku The Ideal Muslimah:



Mudah-mudahan tulisan sederhana di atas ada manfaatnya, ya.
Kebenaran hanya milik ALLAH Ta'ala.
Semoga ALLAH mampukan kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan menebarkan kebaikan.
Wallahua'lam,


23042014
~eMJe~





Tidak ada komentar:

Posting Komentar