Selasa, 03 Februari 2015

Mengapa Saya Harus Menulis?


Belakangan ini, kegiatan menulis semakin diminati masyarakat. Tak hanya mereka yang bergelut di dunia sastra dan bahasa, minat menulis juga merambah ke beragam profesi lainnya, bahkan ibu rumah tangga. Tak hanya orang dewasa, kesempatan menulis di penerbit besar juga terbuka bagi anak-anak. Sekarang, profesi penulis seolah memiliki prestise tersendiri. Orang-orang bangga jika di profil pribadi akun sosial medianya tertulis indah, profesi: penulis.


Mengapa Kita Harus Menulis?
Ada banyak alasan yang membuat kita pantas menjadikan menulis sebagai bagian dari aktivitas kita.
  • Menulis itu mengekalkan pengalaman, dan membuat yang biasa tampak istimewa. Setiap kejadian yang kita alami, semua pemandangan yang kita lihat, orang-orang yang kita temui. Hal-hal yang tampaknya biasa kita lihat sehari-hari akan menjadi seni yang indah apabila kita tuturkan dalam tulisan, seolah-olah semuanya baru pertama kali kita lihat.
  • Menulis akan membuat nama kita hidup lebih lama. Jika secara fisik kita tidak bisa hidup selamanya, bukankah boleh saja jika kenangan kita hidup lebih lama? Karya tulis adalah salah satu cara merealisasikannya. 
  • Dengan menulis, kita memberikan sesuatu untuk dunia. Konsumsi masyarakat dunia saat ini adalah yang terbesar dalam sejarah dunia, baik konsumsi makanan, hiburan, hingga informasi. Menulis bisa menjadikan kita mengurangi konsumsi kita, dan sebaliknya kita “membuat” sesuatu, lalu membaginya pada dunia.
  • Kita menulis untuk mengikat makna dan memberi makna. V. Frankl, seorang psikiater mengatakan bahwa pencarian utama manusia bukanlah kesenangan atau kebahagiaan, melainkan makna hidup, menulis adalah sarana bagi individu untuk menemukan makna bagi diri sendiri dan membantu orang lain menemukan makna.

Setiap orang pasti punya alasan pribadi yang unik ketika mereka memutuskan untuk menulis, diantaranya:
  • menyalurkan hobi, 
  • berbagi ilmu dan pengalaman pada sesama/aktualisasi diri,
  • berdakwah,
  • mengisi waktu luang dengan kegiatan positif,
  • releasing stress (mengurangi beban pikiran)
  • beropini dan menyalurkan imajinasi,
  • murah-meriah, nggak butuh banyak modal, suka-suka kapan melakukannya,
  • bisa menambah penghasilan ibu-ibu.
  • sebagai profesi. 
Dian Kristiani dalam bukunya Momwriter’s Diary menyatakan bahwa sejak memutuskan untuk total di dunia tulis menulis, beliau ingin menjadi professional, mengandalkan menulis sebagai mesin pencari nafkah. Bagaimana dengan Anda?

Minat VS Bakat
Apakah Anda berminat menjadi menulis? Sudahkah Anda mulai menulis? Ada banyak alasan seseorang “belum” juga mulai menulis, sekalipun ia sangat berminat. Salah satu yang sering dijadikan kambing hitam adalah bakat.
“Aku nggak bakat nulis, nggak mungkin jadi penulis.”
“Di keluarga guwe nggak mengalir darah penulis.”
“Pengen banget nulis, tapi. . . bla. . . bla. . . bla. . .”
Bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus dan lebih dominan dimiliki seseorang, yang dapat berkembang melalui proses latihan dan pendidikan intensif. Tetapi bakat hanya menyumbang 1% terhadap keberhasilan, sedang 99% adalah sumbangan minat, latihan, usaha, kerja keras, dan pengalaman.

Untuk menjadi seorang penulis, sesungguhnya tidak dibutuhkan bakat khusus. Setiap orang, bisa menulis. Apa pun latar belakangnya. Bukankah setiap kita adalah pencerita? Bukankah setiap hari, setiap waktu, misal ketika kita ketemu teman, saudara, kakak, adik, orangtua, kita pasti berbincang yang sesungguhnya sebagian besar isinya adalah cerita? Artinya, setiap kita sesungguhnya adalah pencerita. Hanya saja kita ditantang untuk menuangkan cerita kita tidak hanya secara lisan, melainkan tulisan.

Iwok Abqary mengatakan bahwa sebenarnya ketika seseorang sudah tertarik untuk belajar menulis, itu adalah modal yang cukup untuk memulai. Masalahnya, apakah modal tersebut bisa ditindaklanjuti dengan proses belajar yang konsisten atau tidak. Jika belajar menulis hanya sekedar iseng, atau tidak diseriusi dengan kegigihan untuk maju, hasilnya pun tidak akan maksimal. Orang yang mau belajar dan ingin berhasil pasti akan gigih, mencari tahu banyak hal, banyak membaca referensi, banyak bertanya pada penulis lainnya. Banyak faktor penting selain bakat yang dapat mendukung kemampuan seseorang menghasilkan karya tulis. Faktor penting apa yang Anda miliki?

Bagaimana Menumbuhkan dan Menjaga Motivasi Menulis?
  1. Beragam tips kepenulisan dapat kita akses dengan mudah, baik di buku, tabloid, koran, majalah, atau internet. Satu yang pasti, jika Anda ingin menjadi penulis, mulailah dengan MENULIS. Tulislah apapun yang bisa Anda tulis. Ketika Anda berkata pada diri sendiri bahwa Anda tidak tahu harus menulis apa, tulislah tentang ketidaktahuan itu. Itu saja telah membuat Anda memulai proses membiasakan diri menulis sesuatu. Sebab menulis adalah sebuah keterampilan, maka harus dilatih dengan cara rajin menulis.
  2. Setelah terbiasa menulis, rajin-rajinlah membaca dan menyerap ilmu pengetahuan dari mana saja. Seseorang yang cinta membaca belum tentu berminat menulis, tetapi seseorang yang berminat menulis, maka harus banyak membaca.
  3. Sekadar menulis sebenarnya gampang. Lihat saja betapa mudahnya kita menulis status di wall facebook atau berkicau di linimasa twitter. Tetapi menulis yang baik dan benar, tentu tidak gampang. Kita memerlukan amunisi untuk memperbaiki kualitas tulisan kita, misal dengan mengikuti kelas-kelas kepenulisan, baik online maupun offline.
  4. Cari tahu bidang apa yang Anda minati. Ciri bahwa suatu bidang kita minati adalah rasa ingin tahu yang selalu muncul setiap kali membaca atau berinteraksi dengan bidang tersebut. Dalamilah bidang itu.
  5. Biasakan menulis setiap hari. Buat target pribadi, dengan jam atau jumlah halaman. Bambang Irwanto menargetkan menulis satu cerpen setiap hari, demikian pula Dian Kristiani. Ada juga penulis yang menargetkan menulis 2-5 halaman setiap hari. Hitung saja, dengan konsistensi demikian Bambang Irwanto dan Dian Kristiani telah memiliki stok sekitar 30 cerita setiap bulan. Demikian pula penulis dengan target halaman, mereka menghasilkan 60-100 halaman setiap bulan. Jumlah itu telah layak untuk dijadikan sebuah buku.
  6. Rajin-rajinlah ke toko buku. Bayangkan betapa bahagianya jika di antara ratusan ribu buku di toko itu,buku yang Anda tulis terpajang di sana. Bayangkan ketika Anda menulis nama dan judul buku Anda di komputer pencari dan nama Anda keluar di daftar yang ready stock. Anda juga bisa menemukan inspirasi menulis dengan rajin berkunjung ke toko buku.
  7. Tidak perlu sempurna untuk yang pertama. Hampir semua penulis yang saya kenal mengatakan tulislah apapun yang ada di benak Anda tanpa perlu memikirkan benar-salah, perkara diksi, bahkan tanda baca. Setelah itu endapkan tulisan Anda beberapa hari, lalu baca kembali. Maka Anda akan membacanya dengan pandangan baru dan dapat melakukan swasunting ­(self-editing).
  8. Berikan penghargaan pada diri sendiri jika usaha Anda dalam dunia tulis menulis menghasilkan, misal tulisan Anda dimuat di media atau naskah Anda dilirik penerbit.
  9. Jadikan berbagai kesulitan dalam menulis sebagai tantangan, bukan hambatan. Kritik adalah anak tangga menuju kesuksesan, guru terbaik untuk menyempurnakan tulisan kita.
  10. Jalinlah hubungan baik dengan berbagai pihak yang dapat mendukung minat menulis, misal orang-orang yang terlibat di dunia penerbitan buku. Anda juga bisa bergabung dengan komunitas-komunitas kepenulisan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhhu, dia mengatakan:

“ Tidak ada seorang pun dari sahabat Nabi SAW yang memiliki hadits lebih banyak daripadaku, kecuali apa yang ada pada ‘Abdullah bin ‘Amr, karena sesungguhnya dia menulis, sementara aku tidak menulis.”

Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya.
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
Termasuk kebodohan jika kamu memburu kijang, 
setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.
(Imam Syafi’I rahmatullahu’alaih)


“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.“
(Pramoedya Ananta Toer)





Referensi:
Akhiles, E. 2013. Silabus Menulis Fiksi dan Nonfiksi. Jogjakarta: Diva Press.
Khalida, P & Mastuti, I. 2012. Bukan Buku Best Seller. Jogjakarta: Pena Matahari.
Kristiani, D. 2014. Momwriter’s Diary. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.



Internet
“Motivasi Menulis”
http://menuliskreatif.com/2013/11/belajar-menulis-dengan-menulis/

“Why We Write: Four Reasons”
http://thewritepractice.com/why-we-write/

“Make Time to Write: 10 Tips for Daily Writing”
http://www.writersdigest.com/tip-of-the-day/make-time-to-write-10-tips-for-daily-writing



*Miftahul Jannah, M.Psi., Psi. adalah seorang psikolog pendidikan, praktisi homeschooling, peminat parenting, dan penulis bacaan anak, khususnya buku-buku aktivitas untuk anak usia dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar