Beberapa hari ini Saya banyak menghabiskan waktu dengan membaca buku Einstein Never Used Flashcards. Sebuah buku yang membahas suatu metode untuk melejitkan kecerdasan anak, yaitu dengan mengembangkan kemampuan berbahasa. Saya pribadi termasuk yang meyakini bahwa kecerdasan verbal penting untuk dikembangkan pada anak sejak dini, karena dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, insyaALLAH kesempatannya untuk mengetahui berbagai hal baru akan terbuka sedemikian luas.
Ada hal lain yang sebenarnya sedang ingin saya gali dengan mendalam, yaitu tentang peran orang tua dalam melejitkan minat dan bakat anak InsyaALLAH saya akan berbicara tentang ini tanggal 24 Mei besok. Dalam perjalanan saya menggali tentang minat-bakat, cita-cita, future dreams, saya menemukan banyak kutipan-kutipan menggugah yang menarik dan inspiratif. Seperti ini contohnya:
Ah ya, ketika beberapa kali saya menyiapkan tema "Reach My Dreams" untuk anak SMP-SMA, saya begitu yakin akan apa saja yang ingin saya susun dan sampaikan. Tetapi ketika tema yang sama saya siapkan untuk para orang tua yang memiliki anak-anak usia dini, saya menjadi galau, gamang, khawatir. Saya takut salah menyusun kata dan membuat para orang tua salah menangkap maksud saya. Intinya, saya tidak ingin apa yang saya sampaikan nantinya membuat orang tua berlomba-lomba untuk membuat anak-anak mereka kehilangan masa bermain dengan mengikutkan anak-anak mereka ke berbagai after-school courses demi apa yang mereka sebut "melejitkan potensi".
Buat saya, apa yang sebenarnya penting ketika kita sebagai orang tua berbicara tentang kecerdasan, minat dan bakat anak?
1. Yakinilah Bahwa Setiap Anak Cerdas
Setiap anak yang lahir bukanlah ibarat kertas kosong, yang harus dilukis dan diukir oleh kedua orang tuanya. ALLAH Ta’ala menciptakan hamba-hamba-NYA dalam keadaan fitrah, yaitu dengan membekali potensi-potensi kebaikan pada dirinya. Bila anak tumbuh di lingkungan sehari-hari yang normal, beserta orang-orang yang mencintai dan mengajak mereka berkomunikasi, maka otak mereka akan tumbuh dengan semestinya.
2. Bermimpilah Bersamanya, Tetapi Jangan Bermimpi Untuk Dia
Sering kali ketika saya memberi pelatihan kepada mahasiswa di tahun-tahun awal atau pertengahan kuliah mereka saya bertanya, "Apakah jurusan kalian saat ini pilihan kalian sendiri?", "Apakah kalian sudah merasa bahwa kalian berada di jalan yang memang kalian pilih untuk masa depan kalian?" Sayangnya, masih sering saya temui bahwa mereka kuliah di jurusan yang merupakan minat orang tua mereka, bukan minat mereka sendiri. Mereka menyesal masuk ke jurusan itu, mereka merasa tidak cocok dengan mata kuliahnya, mereka merasa kesulitan mengikuti perkuliahan. Efeknya, mereka menjadi mahasiswa yang banyak mencari kesibukan dan kesenangan yang tidak berhubungan dengan kuliah mereka, mereka berpotensi menjadi mahasiswa yang terlambat lulus, bahkan sampai terancam DO.
Karena itu, saya kira penting saya sampaikan kepada orang tua yang mempunyai anak-anak masih berusia dini:
"Bila sebagai orang tua Anda mempunyai mimpi dan mimpi itu tidak/belum tercapai, janganlah wariskan mimpi itu kepada anak-anak Anda secara sepihak. Sebab anak-anak Anda berhak memiliki mimpi mereka sendiri. Jangan bermimpi untuk dia, tetapi bermimpilah bersamanya. Bersama-sama meraih mimpinya."
3. Amati Minat Anak dan Temukan Bakatnya
Saat ini sudah banyak fasilitas untuk mengetahui minat dan bakat anak dengan metode yang canggih dan mutakhir. Tetapi sebenarnya ada cara yang murah meriah untuk mengetahui bakat anak-anak kita. Prinsipnya, anak-anak kita pasti memiliki banyak hal yang ia minati, hal-hal yang ia sangat senang melakukannya. Nah, amatilah minat-minat tersebut. Fasilitas minat-minat itu. Di antara minat-minat anak kita, insyaALLAH pasti ada yang menjadi bakatnya.
Tetapi di sini poin penting dan kritisnya. Jangan sampai atas nama melejitkan bakat anak, orang tua sampai melanggar hak anak untuk memiliki waktu bermain dengan menyertakannya ke beragam kursus. Jangan buru-buru memasukkan anak Anda ke kursus tari, balet, melukis, musik, vokal, olah raga, dan lain-lain sebelum mengetahui apa yang sebenarnya diminati anak dan menjadi bakatnya. Di dalam buku yang pernah saya baca ada pernyataan, "Memperkaya lingkungan dengan memberikan terlalu banyak stimulus kepada anak belum tentu akan meningkatkan potensi anak. Bisa-bisa malah membuat anak menjadi jenuh."
4. Bermainlah Bersamanya
Satu lagi cara sederhana untuk melejitkan kecerdasan anak. Bermainlah bersamanya. Anak-anak kita akan belajar lebih banyak ketika kita bermain dengannya daripada ketika kita membelikan dia kotak cantik berisi peralatan dengan klaim “paling canggih” untuk membangun kecerdasan. Program komputer, siaran televisi, atau permainan edukatif di gadget mungkin saja interaktif, tetapi mereka tidak adaptif. Anak kita mungkin saja mempunyai pertanyaan yang amat kaya, tetapi komputer, gadget dan televisi tidak akan mampu menanggapi kekayaan pertanyaan mereka saat itu juga. Berbeda halnya ketika mereka berinteraksi dan bermain dengan kita. Objek yang sederhana pun bisa menjadi sumber belajar yang istimewa karena anak bisa berkomunikasi dua arah dengan kita.
5. Manfaatkan Apapun yang Ada di Sekitar
Saat kita berada di kendaraan, ada begitu banyak papan reklame, nama-nama jalan, nama-nama toko, dan gedung-gedung yang bisa kita gunakan untuk berinteraksi dengan anak. Bahkan tulisan di bungkus roti dan di kotak susu pun bisa kita manfaatkan untuk beraktivitas bersama anak.
6. Berdo'alah, Do'a Kebaikan Untuknya
Meraih masa depan itu ibarat sedang berkendaraan, menuju ke sebuah tempat. Orang berkendaraan jika ingin selamat sampai ke tujuan maka perlu tunaikan adab-adab perjalanan. Anak-anak TK pun diajarkan do'a naik kendaraan. Maka mendo'akan, do'a kebaikan untuk anak adalah keniscayaan bagi setiap orang tua yang mendambakan anak-anak mereka selamat dalam meraih mimpinya. Berdo'alah untuk mereka. . . selalu. . . setiap saat.
Wallahua'alam.
Djogdja, 18052014
~eMJe~
Minggu, 18 Mei 2014
Jumat, 16 Mei 2014
Al-Qur'an Recited by Sheikh Abu Bakr Al Shatri
Sheikh Abu Bakr Al-Shatri |
Qur'an recited by Sheikh Abu Bakr Al-Shatri, ya.
Salah satu reciter favorit, selain Mishari Rasheed Al Afasy. :-)
Semoga bermanfaat.
- Al-Fatihah
- Al-Baqarah
- Ali-Imran
- An-Nisa'
- Al-Ma'idah
- Al-An'am
- Al-A'raf
- Al-Anfal
- At-Taubah
- Yunus
- Hud
- Yusuf
- Ar-Ra'd
- Ibrahim
- Al-Hijr
- An-Nahl
- Al-Isra'
- Al-Kahfi
- Maryam
- Thaha
- Al-Anbiya'
- Al-Hajj
- Al-Mu'minuun
- An-Nur
- Al-Furqan
- Asy-Syu'ara'
- An-Naml
- Al-Qasas
- Al-Ankabut
- Ar-Ruum
- Luqman
- As-Sajdah
- Al-Ahzab
- Saba'
- Fathr
- Yaa-Siin
- Ash-Shaffat
- Shad
- Az-Zumar
- Ghafir
- Fussilat
- Ash-Shura
- Az-Zukhruf
- Ad-Dukhan
- Al-Jathiya
- Al-Ahqaf
- Muhammad
- Al-Fath
- Al-Hujurat
- Qaf
- Adz-Dzariyat
- At-Thur
- An-Najm
- Al-Qamar
- Ar-Rahman
- Al-Waqi'ah
- Al-Hadiid
- Al-Mujadalah
- Al-Hasyr
- Al-Mumtahanah
- Ash-Shaff
- Al-Jumu'ah
- Al-Munafiquun
- At-Taghabuun
- At-Talaq
- At-Tahrim
- Al-Mulk
- Al-Qalam
- Al-Haaqqah
- Al-Ma'arij
- Nuh
- Jinn
- Al-Muzzammil
- Al-Muddatsir
- Al-Qiyamah
- Al-Insan
- Al-Mursalat
- An-Naba'
- An-Nazi'at
- 'Abasa
- At-Takwir
- Al-Infithar
- Al-Muthaffifin
- Al-Insyiqaq
- Al-Buruj
- At-Thariq
- Al-A'la
- Al-Ghasyiyah
- Al-Fajr
- Al-Balad
- Asy-Syams
- Al-Lail
- Ad-Dhuha
- Al-Insyirah
- At-Tiin
- Al-Alaq
- Al-Qadr
- Al-Bayyinah
- Al-Zalzalah
- Al-'Adiyat
- Al-Qari'ah
- At-Takatsur
- Al-'Ashr
- Al-Humazah
- Al-Fiil
- Al-Quraisy
- Al-Ma'un
- Al-Kautsar
- Al-Kafirun
- An-Nasr
- Al-Masad
- Al-Ikhlash
- Al-Falaq
- An-Naas
Resources:
www.assabile.com/abu-bakr-al-shatri-34/quran
http://www.mp3quran.net/eng/shatri_english.html
Djogdja, 16052014
~eMJe~
Kamis, 15 Mei 2014
Cara Bertanam Cabai di Pekarangan
Kenapa posting tentang cara bertanam cabai? Karena tanaman cabai yang ditanam Zahro gagal panen saudara-saudara T.T. Satu hari Umi melihat ada putih-putih di daun cabai yang mulai besar itu. Kemudian daun-daunnya mulai berguguran. Sedih banget rasanya. Pengetahuan tentang bercocok-tanam Umi memang minim sekali. Nggak ada yang namanya sedia-sedia pupuk apalagi pembasmi hama. Modalnya cuma beli tanah kompos aja. Well, setelah posting tulisan ini insyaALLAH kami akan memulai lagi bercocok tanam dengan cara yang benar dan lebih sungguh-sungguh. :-D
Nah, bagaimanakah cara bertanam cabai yang benar?
Nah, bagaimanakah cara bertanam cabai yang benar?
Cara menanam cabe dalam pot atau polybag cukup mudah
dilakukan. Menanam cabe bisa dilakukan baik di dataran tinggi maupun dataran
rendah. Secara umum menanam cabe bisa dilakukan pada ketinggian 0-2000 meter
diatas permukaan laut. Suhu optimal bagi tanaman cabe ada pada kisaran 24-27oC,
namun masih bisa tahan terhadap suhu yang lebih dari itu. Sifat tersebut
tergantung dari jenis varietas cabe.
Salah satu jenis cabe yang cocok untuk ditanam di pekarangan
adalah cabe kerting. Jenis ini relatif lebih tahan terhadap iklim tropis dan
rasanya pedas banyak disukai di pasaran. Berikut ini kami paparkan tentang cara
menanam cabe keriting dalam polybag.
Penyemaian benih
Cara menanam cabe dalam polybag sebaiknya tidak langsung dilakukan dari benih atau biji. Pertama-tama benih cabe harus disemaikan terlebih dahulu. Proses penyemaian ini gunanya untuk menyeleksi pertumbuhan benih, memisahkan benih yang tumbuhnya kerdil, cacat atau berpenyakit. Selain itu juga untuk menunggu kesiapan bibit sampai cukup tahan ditanam di tempat yang lebih besar.
Tempat persemaian bisa berupa polybag ukuran kecil (8×9 cm), daun pisang, baki (tray) persemaian, atau petakan tanah. Cara yang paling ekonomis adalah dengan menyiapkan petakan tanah untuk media persemaian. Buat petakan tanah dengan ukuran secukupnya, campurkan kompos dengan tanah lalu aduk hingga rata. Butiran tanah dibuat sehalus mungkin agar perakaran bisa menembusnya dengan mudah. Buat ketebalan petakan tersebut 5-10 cm, diatasnya buat larikan dengan jarak 10 cm.
Masukkan benih cabe dalam larikan dengan jarak 7,5 cm kemudian siram untuk membasahi tanah dan tutup dengan abu atau tanah. Setelah itu tutup dengan karung goni basah selama 3-4 hari, pertahankan agar karung goni tetap basah. Pada hari ke-4 akan muncul bibit dari permukaan tanah, kemudian buka karung goni. Sebaiknya petakan ditudungi dengan plastik transparan untuk melindungi bibit cabe yang masih kecil dari panas berlebih dan siraman air hujan langsung. Tanaman cabe siap dipindahkan ke polybag besar setelah berumur 3-4 minggu, atau tanaman telah mempunyai 3-4 helai daun.
Penyiapan media tanam
Pilih polybag yang berukuran diatas 30 cm, agar media tanam
cukup kuat menopang pertumbuhan tanaman cabe yang rimbun. Selain polybag, bisa
juga digunakan pot dari jenis plastik, semen, tanah, atau keramik. Atau bisa
juga menggunakan wadah-wadah bekas yang tidak terpakai lagi, beri lubang pada
dasar wadah untuk saluran drainase.
Cara menanam cabe dalam polybag bisa menggunakan media tanam
dari campuran tanah, kompos, pupuk kandang, sekam padi, arang sekam, dan
lain-lainnya. Beberapa contoh komposisi media tanam diantaranya adalah:
(1)
Campuran tanah dengan kompos dengan komposisi 2:1,
(2) Campuran tanah, pupuk
kandang, dan arang sekam dengan komposisi 1:1:1, atau
(3) Campuran tanah dan
pupuk kandang dengan komposisi 2:1.
Apabila menggunakan pupuk kandang,
sebaiknya pilih pupuk yang telah matang. Buat media tanam sehalus mungkin dengan cara mengayaknya.
Campurkan sekitar 3 sendok NPK dalam setiap polybag. Aduk hingga campuran
tersebut benar-benar rata. Lapisi bagian dalam polybag dengan sabut kelapa,
pecahan genteng, atau pecahan styrofoam. Gunanya agar air tidak
menggenangi daerah perakaran tanaman.
Pemindahan bibit
Setelah bibit tanaman dan media tanam siap, pindahkan bibit
tanaman cabe dari tempat persemaian kedalam polybag. Lakukan pekerjaan ini saat
pagi hari atau sore hari, dimana matahari tidak terlalu terik untuk menghindari
stres pada tanaman. Lakukan pemindahan bibit dengan hati-hati, jangan sampai
terjadi kerusakan pada perakaran tanaman. Buat lubang tanam pada polybag
sedalam 5-7 cm. Apabila persemaian dilakukan di atas polybag atau daun pisang,
copot polybag dan daun pisang lalu masukan seluruh tanah dalam tempat
persemaian kedalam lubang tanam. Apabila persemaian dilakukan di atas petak
tanah atau tray, pindahkan dengan tanah yang menempel pada perakaran dan
masukkan kedalam lubang tanam.
Pemeliharaan dan perawatan
- Pemupukan, berikan pemupukan tambahan dengan dosis satu sendok makan NPK per polybag setiap bulannya. Atau apabila ingin menanam cabe secara organik, sebagai gantinya semprotkan pupuk organik cair pada masa pertumbuhan daun dan pertumbuhan buah. Tambahkan satu kepal kompos atau pupuk kandang kambing pada saat tanaman mau berbuah.
- Penyiraman, tanaman cabe sebaiknya disiram sekurang-kurangnya 3 hari sekali. Apabila matahari bersinar terik, siram tanaman setiap hari.
- Pengajiran, setelah tanaman cabe tumbuh sekitar 20 cm, berikan ajir bambu. Ajir ini berguna untuk menopang tanaman agar berdiri tegak.
- Perompesan, tunas-tunas muda yang tumbuh di ketiak daun sebaiknya dihilangkan (dirompes). Perompesan dimulai pada hari ke-20 setelah tanam, perompesan biasanya dilakukan tiga kali hingga terbentuknya cabang. Gunanya agar tanaman tidak tumbuh kesamping ketika batang belum terlalu kuat menopang.
- Hama dan penyakit, penggunaan pestisida sebaiknya hanya dilakukan apabila tanaman terlihat terserang hama atau sakit. Apabila terlihat ada hama putih semprot dengan pestida, bila terlihat ada bakal ulat semprot dengan insektisida secukupnya, kalau terlihat jamur gunakan fungisida.
Pemanenan
Umur cabe dari mulai tanam hingga panen bervariasi
tergantung jenis varietas dan lingkungan. Masa panen terbaik adalah saat buah
belum sepenuhnya berwarna merah, masih ada garis hijaunya. Buah seperti ini
sudah masuk bobot yang optimal dan buah cabe masih bisa tahan 2-3 hari sebelum
terjual oleh pedagang di pasar. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi
hari setelah embun kering. Hindari waktu panen pada malam dan siang hari.
Tulisan ini jelas bukan tulisan Umi, ya. Tulisan ini Umi rangkum dari website alamtani. Silakan berkunjung ke www.alamtani.com untuk menemukan artikel pertanian yang menarik lainnya. Semoga bermanfaat.
Djogdja, 15052014
~eMJe~
Kamis, 08 Mei 2014
Serba-serbi Homeschooling: Catatan Webinar Homeschooling Usia Sekolah Sesi #1
Saya masih ingat peristiwa selepas sholat Subuh enam bulan yang lalu. Ketika saya menanyakan hal yang amat penting kepada puteri saya Zahro (5 tahun). Hari itu saya meminta pendapatnya tentang sebuah keputusan besar.
"Kak, gimana kalau kakak sekolah di rumah aja?" Seperti itulah kalimat saya waktu itu.
Lantas Zahro bertanya, "Gurunya siapa?""Gurunya Umi," jawab saya.
"Mau," jawabnya.
Ya, hari itu kami memulai sebuah proses pendidikan baru. Bersekolah di rumah.
Sebenarnya jauh sebelum itu, saya sudah membaca beberapa buku tentang homeschooling. Saya juga sudah bertemu dan mendengar kisah keluarga-keluarga yang menjadi praktisi homeschooling. Bahkan, saya pun sudah beromitmen bahwa suatu hari nanti kami akan menjadi praktisi homeschooling juga. Tetapi saya selalu beralasan, "Anak saya masih satu. Kalau homeschooling sendirian kan sepi?" Saya berharap bahwa Zahro tidak akan HS sendiri, melainkan dengan adiknya. Tetapi adik yang ditunggu tak kunjung datang sampai Zahro berusia 5 tahun. Do'akan ya biar Zahro ALLAH kasih adik. Aamiin :-)
Lalu apakah saya harus terus menunggu? Apakah hanya dengan Zahro sendiri maka homeschooling kami akan benar-benar hambar? Saya belum mencobanya, kan? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akhirnya menguatkan saya untuk memulai keputusan besar kami.
Kami benar-benar learning by doing dalam menjalani homeschooling kami. Awalnya kami melakukan hal-hal yang acak saja. Menanam sayuran, membuat craft, jalan-jalan melihat tanaman di pinggir-pinggir jalan dekat rumah, mewarnai, tracing, mengerjakan worksheets math, belajar membaca, bercerita. Banyak juga, ya? Hahaha. . .
Suatu hari saya jalan-jalan ke website rumahinspirasi. Betapa bahagianya saya ketika di situ saya menemukan informasi tentang webinar homeschooling usia sekolah. Sebenarnya rada menyesal sih karena ternyata sebelumnya sudah diadakan webinar HS usia dini. Tapi tak apalah. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, hehehe. . . Akhirnya saya pun mendaftar menjadi peserta webinar tersebut.
Dan kemarin malam (07 Mei 2014) webinar sesi #1 telah saya ikuti dengan sangat memuaskan. Begitu banyak pencerahan-pencerahan yang saya peroleh dari penjelasan Mas Aar dan Mbak Lala kemarin malam. Rasa-rasanya, tak pantas ilmu yang saya peroleh kemarin saya simpan sendiri, ya. Karena itu, saya ingin berbagi ilmu yang luar biasa bermanfaat itu di sini.
1. Apa itu homeschooling?
Kemarin Mas Aar menyampaikan sebuah filosofi indah yang membedakan homeschooling dengan sekolah pada umumnya. Di dalam filosofi sekolah dikenal istilah "tabula rasa", seorang anak diibaratkan sebagai kertas kosong. Sekolah atau gurulah yang memamahkan ilmu kepada anak. Tetapi dalam filosofi homeschooling, seorang anak dipandang sebagai individu. Dia memiliki potensi, pendapat, dan sudut pandang. Dia bukanlah makhluk yang pasif. Kata Mas Aar lagi, ternyata makna kata education adalah "mengeluarkan". Karena itu, fungsi utama pendidikan adalah untuk mengeluarkan potensi-potensi yang memang sudah ada dalam diri anak, bukan untuk memamahkan ilmu kepada anak.
Kemarin malam Mas Aar mengawali sesi dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian homeschooling. Jadi, homeschooling merupakan sebuah model pendidikan alternatif. Secara prinsipil, homeschooling adalah konsep pendidikan pilihan yang diselenggarakan di rumah, oleh orang tua. Ada banyak alasan sehingga sebuah keluarga memilih untuk menjadi praktisi HS. Alasan-alasan itu tentunya merupakan cerminan karakteristik dan kebutuhan keluarga tersebut. Ada keluarga yang saya ketahui memilih HS karena mempunyai anak dengan special needs yang kurang terfasilitasi di sekolah umum. Beberapa teman saya memilih HS karena ingin anak-anak mereka lebih fokus menghafal Al-Qur'an. Kalau Mbak Lala dan Mas Aar konsep HSnya mengutamakan kepada pengembangan skills. Nah, kami sendiri sebenarnya memilih HS karena ada beberapa idealisme kami tentang sebuah pendidikan yang kami pandang belum mampu dicover oleh sekolah pada umumnya.
Oya, karena sejatinya homeschooling diselenggarakan di rumah dengan orang tua sebagai pendidiknya, maka orang tua yang keduanya bekerja dan memiliki anak yang masih kecil tidak disarankan untuk menyelenggarakan homeschooling.
2. Filosofi sekolah VS Homeschooling
2. Filosofi sekolah VS Homeschooling
Kemarin Mas Aar menyampaikan sebuah filosofi indah yang membedakan homeschooling dengan sekolah pada umumnya. Di dalam filosofi sekolah dikenal istilah "tabula rasa", seorang anak diibaratkan sebagai kertas kosong. Sekolah atau gurulah yang memamahkan ilmu kepada anak. Tetapi dalam filosofi homeschooling, seorang anak dipandang sebagai individu. Dia memiliki potensi, pendapat, dan sudut pandang. Dia bukanlah makhluk yang pasif. Kata Mas Aar lagi, ternyata makna kata education adalah "mengeluarkan". Karena itu, fungsi utama pendidikan adalah untuk mengeluarkan potensi-potensi yang memang sudah ada dalam diri anak, bukan untuk memamahkan ilmu kepada anak.
Ah ya, penjelasan Mas Aar sungguh menguatkan kefahaman saya selama ini. ALLAH Ta'ala menciptakan anak-anak kita bukan sebagai kertas kosong. Tetapi ALLAH Ta'ala menciptakan anak kita, menitipkannya kepada kita, juga dengan menyertakan potensi-potensi kebaikan pada diri anak-anak kita. Tinggal bagaiman kita sebagai orang tua mendampingi, menemani, dan memfasilitasi agar potensi-potensi kebaikan itu tumbuh dan berkembang seiring pertumbuhan dan perkembangan mereka. MasyaALLAH. . . Laa quwwata illaa billaah.
3. Model Pembelajaran Sekolah VS Homeschooling
3. Model Pembelajaran Sekolah VS Homeschooling
- Di Homeschooling, fungsi utama orang tua adalah sebagai fasilitator
Saya jadi ingat tulisan saya tentang cara sederhana untuk menumbuhkan kecerdasan anak-anak kita. Apa caranya? Diskusi. Dengan diskusi, kita akan menemukan pemikiran-pemikiran yang masih murni namun menakjubkan dari anak-anak kita. Satu contoh ketika saya berdiskusi dengan Zahro saat kami mencuci piring bersama. Zahro bertanya seperti ini:
Zahro: Mi, emangnya ini piring umurnya berapa?
Saya: Kenapa, Kak?
Z: Kok masih dimandikan?
Saat itu Saya bingung menjawabnya, karena kalau saya menjawab jujur jelas piring tersebut sudah lebih tua usianya daripada dia, karena dibeli sejak Saya dan suami baru menikah. Tetapi jika yang lebih tua daripada dia masih "dimandikan" dia pasti akan protes. Maka saya cuma berguman, “hmm. . . hmm. . .” Lantas dia menjawab sendiri,
Z: Ini masih kecil ini, Mi. Lihat kan badannya lebih kecil daripada Kakak.
S: Iya ya, Kak.
Lalu dia bertanya lagi,
Z: Trus dia sampai kapan dimandikan?
Kali ini saya menjawab pertanyaannya,
S: Dia sampai akhir hayatnya akan dimandikan terus, Kak.
Z: Sampai dipanggil ALLAH (meninggal) seperti Kakek?
S: Iya.
A: Sampai pecah! Serunya.
Saya: Kenapa, Kak?
Z: Kok masih dimandikan?
Saat itu Saya bingung menjawabnya, karena kalau saya menjawab jujur jelas piring tersebut sudah lebih tua usianya daripada dia, karena dibeli sejak Saya dan suami baru menikah. Tetapi jika yang lebih tua daripada dia masih "dimandikan" dia pasti akan protes. Maka saya cuma berguman, “hmm. . . hmm. . .” Lantas dia menjawab sendiri,
Z: Ini masih kecil ini, Mi. Lihat kan badannya lebih kecil daripada Kakak.
S: Iya ya, Kak.
Lalu dia bertanya lagi,
Z: Trus dia sampai kapan dimandikan?
Kali ini saya menjawab pertanyaannya,
S: Dia sampai akhir hayatnya akan dimandikan terus, Kak.
Z: Sampai dipanggil ALLAH (meninggal) seperti Kakek?
S: Iya.
A: Sampai pecah! Serunya.
Ya, akhirnya Zahro membuat kesimpulannya sendiri. Bisa dilihat kan bagaimana dialog sederhana bisa menstimulasi proses berpikir anak-anak kita? Diskusi-diskusi sederhana seperti itu tentu saja memang ada syaratnya, yaitu kita sebagai orang tua harus menyediakan waktu untuk mendengarkan anak dan menghargai pendapat-pendapatnya. Dan alhamdulillaah kesempatan itu banyak kami miliki karena menjalani homeschooling ini.
- Di Homeschooling, model pembelajarannya modular bukan tingkat/paket
Keistimewaan homeschooling lainnya yang semakin saya insyafi setelah mendengar penjelasan Mas Aar kemarin adalah tentang model pembelajarannya. Di sekolah, kita mengenal tingkat kelas atau paket pelajaran. Ketika anak tinggal kelas, maka dia harus mengulang semua pelajaran yang menjadi paket di tingkat tersebut, termasuk yang sebenarnya sudah dikuasai anak. Sedangkan di HS model pembelajarannya seperti di perguruan tinggi. Materi yang bisa dikuasai anak lebih cepat boleh dipelajari lebih cepat juga. Jadi bisa saja anak usia 10 tahun (setara kelas 4 SD) pelajaran matematikanya kelas 4, pelajaran sains-nya kelas 5, pelajaran bahasanya kelas 6. Nah, adapun pelajaran yang kurang atau cukup lama dikuasai anak tidak akan menghambat kemajuan pelajaran yang dikuasai anak. Asyik, ya? :-)
Saya jadi teringat lagi nih. Pernah satu hari saya berkunjung ke rumah teman yang punya anak kelas 2 SD. Waktu itu saya minta ditunjukin buku-buku pelajaran sekolahnya. Si anak mengambilkan buku pelajaran sains. Dan ternyata lumayan banyak dari materi di buku tersebut yang sudah dikuasai Zahro, khususnya materi tentang tumbuhan dan hewan. Berarti Zahro udah bisa belajar sains kelas 2 SD, dong? hehehe.
4. Materi Pelajaran & Waktu Belajar
Saya cukup sering ditanyain juga nih soal yang satu ini. Pake buku apa? Materi pelajarannya ambil dari mana? Dari mana aja bisa, hehehe. Kita boleh merujuk materi pelajaran diknas, dari buku-buku yang dijual di toko, boleh juga mengunduh dari sumber-sumber di internet. Sejauh ini saya pun begitu. Beberapa tema saya merujuk pada materi-materi dari diknas. Untuk math saya suka bikin material sendiri, ada juga yang saya unduh dari internet. Untuk sains saya suka lihat-lihat ke charlotte mason dan kids national geographic. Untuk craft kami sering ikut-ikut bikin karya yang dibuat Mister Maker. Karena sekarang saya ikut program menghafal Qur'an ODOL (One Day One Line) dengan metode KQM (Kauny Quantum Memory) via Whatsapp, Zahro juga suka ikut-ikutan menghafal sambil memperagakan. Jadi, sebenarnya sekolah di rumah pun sudah sangat kaya dengan beragam sumber belajar, yang penting sebagai orang tua sekaligus fasilitator kita harus terus belajar juga.
Beberapa aktivitas homeschooling Zahro
Tentang porsi pelajaran, Mas Aar menyampaikan itu bergantung kebutuhan keluarga. Apa yang menjadi fokus HS maka tema-tema berkaitan fokus tersebut tentu boleh banyak porsinya. Berkaitan dengan waktu belajar juga demikian. Kita menitikberatkan pada apa? Pada komitmen belajar atau kepada hasil belajar? Jika kita menitikberatkan pada komitmen belajar, maka kita boleh menetapkan waktu belajar yang tetap. Misalnya dari jam sekian sampai jam sekian. Akan tetapi jika yang menjadi fokus adalah hasil belajar, maka tak masalah belajarnya mau jam berapa dan berapa lama, yang penting target pelajaran tercapai. Poin penting yang harus dimiliki oleh setiap keluarga yang memilih homeschooling adalah mengenali apa yang sebenarnya ingin dibangun/dicapai keluarga. Apa yang menurut orang tua terbaik untuk keluarga dan anak.
5. Opportunities Homeschooling
Ada banyak sekali peluang yang dimiliki oleh keluarga yang memilih untuk menjadi praktisi HS. Antara lain:
- Fleksibilitas pendidikan
- Fleksibilitas dana
- Kustomisasi
- Eksplorasi dunia nyata
- Kedekatan Keluarga
6. Risiko Homeschooling
Bagaimanapun juga, HS tentu memiliki tantangan-tantangan atau risiko. Misalnya infrastruktur yang minim atau kurang memadai. Yang lainnya adalah tekanan baik dari keluarga maupun pemerintah. Kami pun mengalaminya juga, kok. Saat kami memutuskan homeschooling, yang paling menentang adalah nenek-nenek Zahro, Ibu saya dan Ibu mertua. Ibu saya sangat mengkhawatirkan perkembangan sosial Zahro, sementara Ibu mertua mengkhawatirkan perkembangan kognitif Zahro. Tetapi alhamdulillaah seiring waktu berjalan kami bisa membuktikan bahwa dengan homeschooling tidak membuat kekhawatiran-kekhawatiran mereka terwujud, malah sebaliknya.
Saya punya cara sendiri untuk tetap melibatkan Zahro pada banyak situasi sosial. Saya selalu membawanya ke tempat-tempat saya berkegiatan. Saat saya mengisi parenting class ke sekolah-sekolah, saat saya mengajar sebagai dosen tamu di sebuah sekolah tinggi, saat saya berkumpul dengan teman-teman komunitas IIDN Jogja, saat saya pergi mengaji, maka Zahro pasti ikut serta. Akhir-akhir ini, sore hari saya juga memberinya kesempatan untuk bermain sepeda bersama dengan teman-teman sebayanya yang tinggal di dekat rumah. Sering sekali teman-temannya kemudian dia ajak ke rumah kami untuk melakukan aktivitas yang dia kerjakan saat HS, misalnya mewarnai, membaca buku, dll.
Adapun untuk tantangan pemerintah, jujur saja sejauh ini kami belum memikirkannya. Misalnya, bagaimana ujiannya nanti? Hehehe. . . nantilah itu. InsyaALLAH kami yakin ALLAH pasti akan beri kemudahan jika kami bersungguh-sungguh dalam proses ini. Toh tahun ini Zahro baru akan berusia 6 tahun. InsyaALLAH jalan yang akan dia lalui masih sangat panjang. Kami ingin menikmati dulu prosesnya.
7. Legalitas Homeschooling
Nah, bagaimana posisi homeschooling dalam sistem pendidikan di Indonesia?
Nah, bagaimana posisi homeschooling dalam sistem pendidikan di Indonesia?
Dalam sistem pendidikan di Indonesia ada 3 model pendidikan, yaitu:
– Formal: sekolah
– Non formal: kursus-kursus
– Informal: Homeschooling
– Non formal: kursus-kursus
– Informal: Homeschooling
artinya posisi HS jelas ada dalam model pendidikan di tanah air, ya.
Bagaimana dengan kelulusan? Bagaimana dengan ijazah?
Ada beberapa cara yang dijelaskan Mas Aar untuk memperoleh ijazah bagi anak HS, antara lain:
– Ikut ujian persamaan (paket A setara SD, paket B setara SMP, paket C setara SMA).
Nah Ujian paket ini legalitasnya sama dengan Ujian Nasional. Dan ijazah paket C yang diterima legalitasnya sama dengan ijazah SMA. Jadi bisa digunakan kalau anak ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.
– Ikut Umbrella school.
– Ikut Umbrella school.
Model yang ini adalah anak terdaftar di sebuah sekolah formal, tetapi proses belajar di rumah. Anak hanya ikut ujian dan kegiatan-kegiatan tertentu saja. Biasanya kita tetap membayar uang sekolah untuk model ini. Sekolah yang mau jadi umbrella school juga cari sendiri, ya. Hehehe. . .
– Ujian Cambridge.
– Ujian Cambridge.
Yang satu ini adalah ujian internasional. It's absolutely a new information buat saya. Kata Mas Aar ujian Cambridge ini per mata pelajaran. Dalam Cambridge ini ada istilah check point yang tujuannya hanya untuk melihat capaian pelajaran anak. Sedangkan yang untuk menentukan kelulusan ada yang namanya IGCSE dan A Level. Info selengkapnya bisa dilihat di sini.
Nah, bagaimana? Complete banget kan penjelasan Mas Aar dan Mbak Lala? :-) Itu baru satu sesi, lho. Masih ada 3 sesi lainnya. Saya merasa beruntung banget bisa ikut webinar ini. Wawasan bertambah, keyakinan untuk menjalani homeschooling pun semakin kuat. Semoga resume sederhana yang saya buat ini bisa menginspirasi keluarga-keluarga lain yang berniat homeschooling tapi belum tahu seluk-beluk homeschooling, ya.
Hmm. . . saya udah nggak sabar menantikan webinar sesi #2.
Tunggu resume saya selanjutnya, ya. . . :-)
Djogdja, 08052014
~eMJe~
Rabu, 07 Mei 2014
Workshop CHC's Cognitive Theory with Kevin McGrew
Aduh, mau istiqomah nulis di blog itu memang memerlukan niat yang kuat dan kesungguhan luar biasa ya. Faktanya, target nulis sehari satu tulisan aja belum tercapai, hahaha. Tapi nggak papa, yang penting tetap berusaha posting saat bisa dan ingat. :D
Well, kali ini Umi mau cerita pengalaman istimewa Senin (05052014) kemarin. Jadi ceritanya, Umi termasuk orang yang beruntung karena bisa ikut kelas CHC's Cognitive Theory with Kevin McGrew yang merupakan kerjasama Yayasan Dharma Bermakna dan Fakultas Psikologi UGM. Workshop ini merupakan salah satu proses dalam penyusunan alat tes inteligensi yang akan disusun oleh Psi UGM dan YDB, yang mana Umi mendaftarkan diri sebagai salah seorang penulis aitemnya. Workshop yang sangat menarik ini berlangsung di ruang A203 Fakultas Psikologi UGM, diikuti oleh dosen-dosen di bidang pendidikan dan perkembangan UGM, tim AJT, pihak YDB dan perwakilan dari beberapa universitas dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Apa sih CHC itu? Jenis ayam goreng baru, ya? Hohoho. . . Bukan. CHC itu adalah salah satu teori tentang inteligensi (kecerdasan) dan si Pak Kevin McGrew ini adalah Director of the Institute for Applied Psychometrics, tokoh yang masih aktif meneliti teori tersebut dan mengembangkan alat ukur yang berdasar pada teori itu.
Menariknya apa? Jujur, buat Umi teori ini baru banget. Jadi, excitednya luar biasa mengikuti kelasnya. Walaupun kudu buka mata dan telinga lebar-lebar seharian penuh. Biar ngga ada kalimat dia yang kelewatan dan tak terjemahkan. Maklum, si Pak Kevin ini belum pernah ke Indonesia, jadi ngomongnya dia cepat banget kayak pesawat jet :-p.
Buat Umi sendiri, yang paling menyenangkan tentu saja karena Umi jadi tahu warna-warni inteligensi dari sudut pandang CHC dan bagaimana proses membuat sebuah aitem tes. Untuk mengukur suatu aspek kecerdasan maka kita bisa membuatnya dengan cara seperti ini dengan model soal seperti ini. Sungguh-sungguh menarik. Untuk memudahkan kami memahami, Pak Kevin langsung menyajikan contoh-contoh aitem tes kepada kami. Kelasnya jadi serasa ikut kuis, hahaha. . .
Dalam teori CHC, domain kompetensi individu (baca: inteligensi) dibagi menjadi beberapa, yaitu conceptual domain, practical domain, social-emotional domain, dan physical domain. Tetapi kemarin kami hanya belajar conceptual domain. Nah, domain konseptual itu sendiri masih terbagi menjadi banyak aspek kecerdasan, antara lain: Fluid reasoning (Gf), Short-term working Memory (Gwm), Long-ter retrieval (Glr), Processing speed (Gs), Visual Processing (Gv), Comprehension-Knowledge (Gc), Auditory Processing (Ga), dan Psychomotor abilities (Gp). Banyak banget dan kayaknya nggak usah Umi jelaskan satu per satu, ya :D
Salah satu bentuk pertanyaan yang juga bisa Ayah-Bunda gunakan bersama anak-anak di rumah adalah model seperti ini:
1. kaki : sepatu = kepala : ? (jika kaki pakai sepatu, maka kepala pakai?)
2. ayah : Ibu = kakek : ? (jika ayah pasangannya ibu, maka kakek pasangannya?)
3. burung : terbang = ikan : ? (jika burung terbang, maka ikan?)
Waktu Umi cobakan kepada Zahro sungguh mengasyikkan dan dia sangat suka.
Meskipun kami hanya belajar tentang domain konseptual, tetapi Kevin menyampaikan suatu hal yang sangat penting juga. Menurutnya, jika dia harus memilih diantara dua domain inteligensi untuk dimiliki seorang anak, maka dia katakan dia akan memilih domain konseptual dan sosial-emosional. Mengapa? Dia mencontohkan dirinya sendiri. Rupanya saat kecil Kevin pernah mengalami kesukaran membaca. Kesukaran membaca tentu sangat mengganggu proses belajar, ya. Tetapi dia adalah orang yang tidak mudah putus asa, gigih, tangguh dan passionate. Karena itu dia bisa mengatasi kesulitan membaca yang dialaminya sehingga berhasil menjadi seorang ilmuwan seperti sekarang. Artinya, meskipun seorang anak secara kognitif tidak luar biasa, tetapi jika secara sosial-emosional dia tangguh, maka insyaALLAH dia akan bisa mengatasi keterbatasannya. Nah, tampaknya pernyataan dia itu salah satu yang sangat berkesan sepanjang workshop kemarin.
Workshop yang sangat menarik itu berakhir rada molor memang, seharusnya jam 16 jadi jam 16.30, karena peserta sangat antusias untuk bertanya. Walhasil, meskipun panitia meminta ada foto bersama, tapi Umi langsung kabur aja ke parkiran, udah ninggalin anak 9 jam-an euy. Lagian gue juga nggak akan dicariin kok, hehehe. Thank you so much ilmunya ya Kevin McGrew.
Semoga menjadi inspirasi juga untuk yang lainnya.
Djogdja, 07052014
~eMJe~
Well, kali ini Umi mau cerita pengalaman istimewa Senin (05052014) kemarin. Jadi ceritanya, Umi termasuk orang yang beruntung karena bisa ikut kelas CHC's Cognitive Theory with Kevin McGrew yang merupakan kerjasama Yayasan Dharma Bermakna dan Fakultas Psikologi UGM. Workshop ini merupakan salah satu proses dalam penyusunan alat tes inteligensi yang akan disusun oleh Psi UGM dan YDB, yang mana Umi mendaftarkan diri sebagai salah seorang penulis aitemnya. Workshop yang sangat menarik ini berlangsung di ruang A203 Fakultas Psikologi UGM, diikuti oleh dosen-dosen di bidang pendidikan dan perkembangan UGM, tim AJT, pihak YDB dan perwakilan dari beberapa universitas dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Apa sih CHC itu? Jenis ayam goreng baru, ya? Hohoho. . . Bukan. CHC itu adalah salah satu teori tentang inteligensi (kecerdasan) dan si Pak Kevin McGrew ini adalah Director of the Institute for Applied Psychometrics, tokoh yang masih aktif meneliti teori tersebut dan mengembangkan alat ukur yang berdasar pada teori itu.
Menariknya apa? Jujur, buat Umi teori ini baru banget. Jadi, excitednya luar biasa mengikuti kelasnya. Walaupun kudu buka mata dan telinga lebar-lebar seharian penuh. Biar ngga ada kalimat dia yang kelewatan dan tak terjemahkan. Maklum, si Pak Kevin ini belum pernah ke Indonesia, jadi ngomongnya dia cepat banget kayak pesawat jet :-p.
Buat Umi sendiri, yang paling menyenangkan tentu saja karena Umi jadi tahu warna-warni inteligensi dari sudut pandang CHC dan bagaimana proses membuat sebuah aitem tes. Untuk mengukur suatu aspek kecerdasan maka kita bisa membuatnya dengan cara seperti ini dengan model soal seperti ini. Sungguh-sungguh menarik. Untuk memudahkan kami memahami, Pak Kevin langsung menyajikan contoh-contoh aitem tes kepada kami. Kelasnya jadi serasa ikut kuis, hahaha. . .
Dalam teori CHC, domain kompetensi individu (baca: inteligensi) dibagi menjadi beberapa, yaitu conceptual domain, practical domain, social-emotional domain, dan physical domain. Tetapi kemarin kami hanya belajar conceptual domain. Nah, domain konseptual itu sendiri masih terbagi menjadi banyak aspek kecerdasan, antara lain: Fluid reasoning (Gf), Short-term working Memory (Gwm), Long-ter retrieval (Glr), Processing speed (Gs), Visual Processing (Gv), Comprehension-Knowledge (Gc), Auditory Processing (Ga), dan Psychomotor abilities (Gp). Banyak banget dan kayaknya nggak usah Umi jelaskan satu per satu, ya :D
Taksonomi Teori CHC |
Salah satu bentuk pertanyaan yang juga bisa Ayah-Bunda gunakan bersama anak-anak di rumah adalah model seperti ini:
1. kaki : sepatu = kepala : ? (jika kaki pakai sepatu, maka kepala pakai?)
2. ayah : Ibu = kakek : ? (jika ayah pasangannya ibu, maka kakek pasangannya?)
3. burung : terbang = ikan : ? (jika burung terbang, maka ikan?)
Waktu Umi cobakan kepada Zahro sungguh mengasyikkan dan dia sangat suka.
Meskipun kami hanya belajar tentang domain konseptual, tetapi Kevin menyampaikan suatu hal yang sangat penting juga. Menurutnya, jika dia harus memilih diantara dua domain inteligensi untuk dimiliki seorang anak, maka dia katakan dia akan memilih domain konseptual dan sosial-emosional. Mengapa? Dia mencontohkan dirinya sendiri. Rupanya saat kecil Kevin pernah mengalami kesukaran membaca. Kesukaran membaca tentu sangat mengganggu proses belajar, ya. Tetapi dia adalah orang yang tidak mudah putus asa, gigih, tangguh dan passionate. Karena itu dia bisa mengatasi kesulitan membaca yang dialaminya sehingga berhasil menjadi seorang ilmuwan seperti sekarang. Artinya, meskipun seorang anak secara kognitif tidak luar biasa, tetapi jika secara sosial-emosional dia tangguh, maka insyaALLAH dia akan bisa mengatasi keterbatasannya. Nah, tampaknya pernyataan dia itu salah satu yang sangat berkesan sepanjang workshop kemarin.
Workshop yang sangat menarik itu berakhir rada molor memang, seharusnya jam 16 jadi jam 16.30, karena peserta sangat antusias untuk bertanya. Walhasil, meskipun panitia meminta ada foto bersama, tapi Umi langsung kabur aja ke parkiran, udah ninggalin anak 9 jam-an euy. Lagian gue juga nggak akan dicariin kok, hehehe. Thank you so much ilmunya ya Kevin McGrew.
Semoga menjadi inspirasi juga untuk yang lainnya.
Djogdja, 07052014
~eMJe~
Jumat, 02 Mei 2014
Creamy Spaghetti
Hampir selalu ada alasan dibalik beberapa masakan yang Umi buat. Yang ini salah satunya. Tadi pagi ceritanya Umi menawarkan Zahro sarapan sphagetti. Lalu dia jawab,"Mau, tapi pake keju parut aja ya, jangan pake saos yang merah." Nah lo, masa cuma pake keju parut doang? Karena itu, ya udahlah pagi ini kita coba buat spaghetti yang saosnya nggak merah aja.
Buka kulkas dan telaah isinya yang kira-kira bisa diolah jadi saos pasta. Ada susu segar, ada keju, ada daging giling, ada jamur, ada smoked beef, ada bawang bombay. Naah... gaya-gayanya kita bisa bikin spaghetti yang saosnya nggak merah, kan? :D
Dan... ini dia creamy spaghetty ala Uminya Zahro:
Bahannya apa aja? Bikinnya gimana?
Bahan:
Bawang bombay dipotong dadu kecil-kecil.
Bawang putih dicincang.
Smoked beef potong kecil-kecil.
Jamur kuping potong kecil-kecil.
Daging giling.
1sdm terigu.
Margarin untuk menumis (tadi Umi pake zaitun)
Merica
300ml susu segar
Merica bubuk
Oregano (ada yang pakainya daun peterseli/parsley. Umi pake yang ada aja. Like usual :D)
Keju cheddar parut
Kaldu bubuk (zaman gini udah banyak kaldu non MSG, kan? :-))
Spaghetti ukuran kira-kira 3 porsi.
Cara memasak:
Pertama-tama, masak dulu spaghettinya. Caranya ada di bungkusnya :D.
Untuk saos pasta, tumis bawang sampai harum.
Tumis daging giling, smooked beef, dan jamur sampai matang.
Masukkan susu segar, merica, kaldu, keju parut. Masak sampai mendidih.
Larutkan terigu dengan sedikit air. Masak sampai mengental.
Masukin oregano.
Kalo kurang asin tambahin garam aja dikit.
~Sarapan hari ini, 02052014~
Buka kulkas dan telaah isinya yang kira-kira bisa diolah jadi saos pasta. Ada susu segar, ada keju, ada daging giling, ada jamur, ada smoked beef, ada bawang bombay. Naah... gaya-gayanya kita bisa bikin spaghetti yang saosnya nggak merah, kan? :D
Dan... ini dia creamy spaghetty ala Uminya Zahro:
Bahannya apa aja? Bikinnya gimana?
Bahan:
Bawang bombay dipotong dadu kecil-kecil.
Bawang putih dicincang.
Smoked beef potong kecil-kecil.
Jamur kuping potong kecil-kecil.
Daging giling.
1sdm terigu.
Margarin untuk menumis (tadi Umi pake zaitun)
Merica
300ml susu segar
Merica bubuk
Oregano (ada yang pakainya daun peterseli/parsley. Umi pake yang ada aja. Like usual :D)
Keju cheddar parut
Kaldu bubuk (zaman gini udah banyak kaldu non MSG, kan? :-))
Spaghetti ukuran kira-kira 3 porsi.
Cara memasak:
Pertama-tama, masak dulu spaghettinya. Caranya ada di bungkusnya :D.
Untuk saos pasta, tumis bawang sampai harum.
Tumis daging giling, smooked beef, dan jamur sampai matang.
Masukkan susu segar, merica, kaldu, keju parut. Masak sampai mendidih.
Larutkan terigu dengan sedikit air. Masak sampai mengental.
Masukin oregano.
Kalo kurang asin tambahin garam aja dikit.
~Sarapan hari ini, 02052014~
Pohon Bunga Dari Kertas Minyak
Hari Rabu lalu, kami melihat salah satu episode Mister Maker di youtube. Nah, di episode itu si Mister membuat craft berbentuk siput dari kertas minyak yang diuwel-uwel. Jadilah kami berencana untuk membuat yang sama. Tampaknya amat mudah mendapatkan bahannya. Proses mengerjakannya juga sederhana.
Sore harinya kami membeli bahan-bahan yang dibutuhkan di stationary dekat rumah. Kertas minyak beberapa warna, mata-mataan, spidol besar dan lem kertas. Di rumah masih ada asturo yang belum digunakan, jadi tak perlu beli lagi.
Nah, tadi saat kami akan mengerjakan, Umi baru sadar kalau Umi lupa mengingat kemarin itu yang kami lihat Mister Maker season dan episode berapa, ya? Hahaha... Masalahnya, Umi tidak ingat gambar pola siputnya seperti apa. Wah, kalau mengklik sembarang episode tentu akan menghabiskan banyak waktu. Rasanya tidak efisien. Tapi akan diapakan kertas minyak yang sudah dibeli? Kalau nggak jadi bikin apa-apa si kakak pasti kecewa berat. Bisa diambekin Uminya :D.
Alhamdulillaah Umi sempat juga sembarang klik episode, dan yang muncul adalah Mister Maker sedang membuat pohon dari biji-bijian. Ibarat ada lampu mendadak nyala di samping kepala Umi, Aha! Kenapa nggak bikin pohon-pohonan aja dari kertas minyak? Dengan konsep yang sama, dimodifikasi dengan bahan yang ada.
Akhirnya kami pun membuat pohon-pohonan dari kertas minyak. Mengambil ranting kering sebagai kayu dan dahan dari pohon di depan rumah, memotong kertas minyak jadi ukuran kecil lalu diuwel-uwel, menempelnya dengan lem di atas asturo, jadilah pohon kertas minyak kami.
And, this is the processes:
Sore harinya kami membeli bahan-bahan yang dibutuhkan di stationary dekat rumah. Kertas minyak beberapa warna, mata-mataan, spidol besar dan lem kertas. Di rumah masih ada asturo yang belum digunakan, jadi tak perlu beli lagi.
Nah, tadi saat kami akan mengerjakan, Umi baru sadar kalau Umi lupa mengingat kemarin itu yang kami lihat Mister Maker season dan episode berapa, ya? Hahaha... Masalahnya, Umi tidak ingat gambar pola siputnya seperti apa. Wah, kalau mengklik sembarang episode tentu akan menghabiskan banyak waktu. Rasanya tidak efisien. Tapi akan diapakan kertas minyak yang sudah dibeli? Kalau nggak jadi bikin apa-apa si kakak pasti kecewa berat. Bisa diambekin Uminya :D.
Alhamdulillaah Umi sempat juga sembarang klik episode, dan yang muncul adalah Mister Maker sedang membuat pohon dari biji-bijian. Ibarat ada lampu mendadak nyala di samping kepala Umi, Aha! Kenapa nggak bikin pohon-pohonan aja dari kertas minyak? Dengan konsep yang sama, dimodifikasi dengan bahan yang ada.
Akhirnya kami pun membuat pohon-pohonan dari kertas minyak. Mengambil ranting kering sebagai kayu dan dahan dari pohon di depan rumah, memotong kertas minyak jadi ukuran kecil lalu diuwel-uwel, menempelnya dengan lem di atas asturo, jadilah pohon kertas minyak kami.
And, this is the processes:
Menggunting Asturo |
Menguwel-uwel kertas minyak :-) |
Menempel ranting dan kertas minyak |
Merapihkan asturo |
Pohon dari kertas minyak sudah jadi :-D |
Alhamdulillaah Kak Zahro really enjoy the activity :-)
-=Zahro's HS Journal, 02052014=-
Langganan:
Postingan (Atom)