Penelitian menunjukkan bahwa musik klasik, khususnya mozart tidak akan menambah kecerdasan bayi. Kenyataannya, mitos bahwa mendengar mozart akan menambah kecerdasan berangkat dari penelitian Francis Rauscher, Ph.D, profesor di University of Wisconsin dkk di kampus Oshkosh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mendengar sonata Mozart salama 10 menit, 79 orang mahasiswa bisa menyelesaikan salah satu bagian dalam tes Stanford Binet, yaitu "kemampuan visual-ruang" dengan lebih baik. Skor mereka meningkat 9-10 poin setelah mendengar Sonata karya Mozart untuk dua piano dalam kunci D Mayor K 448 (saya tulis apa adanya, aslinya kaga ngerti, hehehe). Ternyata, dampak perlakuan tersebut hanya bertahan 8-10 menit. Mendengar Mozart ternyata hanya mempengaruhi suasana hati pendengar, tetapi bukan inteligensi mereka secara keseluruhan. Efek ketenangan setelah mendengar Mozartlah yang membuat hasil tes mereka menjadi lebih baik. Akan tetapi media telah menyebarkan mitos bahwa setiap bayi perlu diperdengarkan musik klasik agar sel otaknya berfungsi. Beralih pada Al-Qur'an, I've prove it by myself bahwa anak saya mudah melafalkan kembali surah-surah pendek yang biasa dia dengar saat masih dalam kandungan. Surah pertama yang berhasil dia lafalkan kembali adalah Al-Fatihah di usia 2 tahun. Saya yakin banyak orang tua memiliki pengalaman yang sama. Cepat-lambat dan banyak-sedikit hafalan Qur'an anak, saya yakin perkara do'a, ikhtiar, kesungguhan, motivasi, dan stimulasi orang tua saja yang membedakannya. Berkait dengan efek ketenangan yang diperoleh dengan mendengar musik klasik, tentunya tidak perlu kita ragukan bahwa dengan membaca dan mendengar Al-Qur'an kita akan mendapat efek yang sama bahkan jauh lebih dahsyat. Amat menarik sepertinya menemukan relasi stimulasi Al-Qur'an terhadap fungsi-fungsi kecerdasan anak. Kalau ada penelitian yang sudah menemukannya bolehlah saya dibagi ya.
~eMJe, 24 Januari 2014~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar