Selasa, 21 Januari 2014

-=Beban Orang Tua, Derita Anak (1)=-

Saya terperangah takjub menatap baris-baris tulisan yang saya baca di buku "Einstein Never Used Flash Card" by Kathy H-Pasek, PhD. Roberta MG, PhD., & Diane E., PhD, . Meskipun ada beberapa bagian dari terjemahannya menurut saya tidak nyaman dibaca, tetapi betapa. . . oh sungguh betapa. Betapa apa? Anda ingin tahu? Hmm. . . (garuk-garuk dagu), bagi nggak ya? Hehehe. . . Baiklah, saya akan membagikan interesting parts (buat saya tentunya) ke sini. Jadi sepertinya akan berseri. Asyiiik, bisa apdet status banyak-banyak ^^. Okay, lemme start yah. 

----------------
Tidak heran jika orang tua dan pendidik masa kini merasa lelah dan stres, sebab mereka telah terperangkap dalam kincir angin asumsi kultural tentang cara membesarkan dan mendidik generasi selanjutnya. Orang tua mendapat pengetahuan bahwa "Faster is Better", "Lebih cepat itu Lebih Baik," bahwa orang tua harus mendorong anak belajar di tingkat kecepatan yang tinggi. Orang tua mendapat pengetahuan bahwa anak-anak mereka ibarat ruangan kosong yang harus mereka tata karena mereka adalah desainer interior anak-anak mereka.

Pada pertengahan abad 1980-an, Profesor Elkind dari Tufts University membicarakan buku klasiknya, "The Hurried Child". Beliau merasa khawatir dengan pendewasaan dini anak-anak yang terlibat dalam beragam aktivitas berorientasi orang dewasa yang dirancang untuk anak-anak pra sekolah. (Saya tahu tapi tak terlalu tahu hehehe. . . tetapi mungkin di luar sana ada kursus musik, tari, sepakbola, membaca, atau berhitung untuk balita ya? Ah ya, jadi ingat bahkan buku-buku di pasaran juga menawarkannya).

Zaman sekarang, balapan untuk mengubah anak menjadi yang paling berbakat sudah dimulai bahkan sebelum anak lahir. Ketika seorang Ibu hamil hendak membeli perlengkapan bayi ke toko, perhatiannya bukan lagi terfokus pada popok, celana atau baju bayi, tetapi pada sesuatu yang lebih wah, kartu flash dengan gambar di bagian depan dan kata-kata di bagian belakang. Konon kartu itu menawarkan cara terbaik untuk mengomunikasikan pengetahuan baru kepada bayi. Ada juga video yang menawarkan tentang cara mengembangkan otak kanan-otak kiri. Di buku tersebut dituli, bahkan seorang Ibu hamil sampai berpikir apakah otak bayinya tidak akan bisa berkembang tanpa video itu. Ya, berbagai penawaran tentang melejitkan potensi intelektual bayi akhirnya membuat orang tua masa kini banyak yang khawatir dengan perkembangan intelektual bayinya, bahkan sebelum anaknya lahir.

Artikel majalah membujuk orang tua agar berlatih selama hamil dengan janji bahwa itu akan meningkatkan kecerdasan bayi mereka. Iklan di majalah mendorong orang tua untuk membeli berbagai macam CD untuk disajikan pada anak-anak mereka kelak kalau sudah lahir. Begitu bayi lahir, dorongan untuk memindahkan mereka secepat mungkin ke kompetensi orang dewasa semakin meningkat. Mereka didorong untuk lebih cepat memiliki keterampilan membaca serta lebih dini memiliki kemampuan berhitung. Penelitian menunjukkan bahwa 65% orang tua percaya bahwa kartu flash "sangat efektif" untuk membantu meningkatkan kecerdasan anak usia 2 tahun. Dan lebih dari 1/3 orang tua yang disurvey percaya bahwa memainkan Mozart untuk bayi mereka akan meningkatkan perkembangan otak anak mereka. Ya, bisnis pendidikan bayi telah menemukan konsumennya.
---------------
Hayo. . . hayo, siapa yang kasih flash card ke bayinya?
Tujuannya apa?
Pengen anak pintar?
Pengen anak bisa cepat membaca?
Pengen anak tampak lebih "hebat" daripada anak lain seusianya?
Jawab-jawab di comments ya. . .

I will continue my resume on next status.

2 komentar:

  1. hehehe.... kartu flash dapet dr susu...waktu itu cuma kutaruh gitu aja di tempat mainan Diba, dia tertarik sendiri, lalu nanya2 sendiri...., klo nanya baru aku ajari baca2... TKnya gak ngajarin calistung, ...ehhh tau2 pas mau lulus TK kok ternyata sdh bisa baca lancar... Alhamdulillah....karena gak kuwajibkan blajar calistung tp blajar dg ksadarannya sendiri, pas SD sejak awal masuk sdh lancar banget blajarnya...maksudku bisa memahami sesuatu dari membaca sendiri, sementara banyak temannya yang tak mampu kerjakan soal2 hanya gara2 gak lancar baca... iya, kuncinya bisa mmbaca, tp ngajarin mmbaca mesti sesuai dg tingkat kesiapan anak...

    BalasHapus