Sabtu, 30 Mei 2015

Resume Tatsqif: Menghidupkan Hati Dengan Al-Qur'an

Bismillaah...

Alhamdulillaah... Beberapa waktu terakhir Allah beri saya taufik untuk mulai mencatat rapih materi tatsqif yang saya hadir di majelis itu. Rasanya sayang kalau saya simpan sendiri. Bukantah insya Allah akan lebih bermanfaat jika bisa dibaca sahabat-sahabat yang belum bisa hadir di majelis yang dimuliakan Allah?

Saya berazam, insya Allah jika Allah beri rizqi umur, keluangan waktu, dan keringanan langkah untuk menghadiri majelis ilmu, maka saya akan mencatatnya dan membagikannnya. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat untuk saya dan untuk pembaca lainnya. Menjadi asbab hidayah untuk kita semua. Insya Allah niat mengamalkannya juga, ya...


Menghidupkan Hati Dengan Al-Qur'an

==========================
Oleh: Ustdz. Syathori Abdurrouf
==========================

Al-Qur'an telah dirancang Allah Ta'ala 'ada' dalam hati kita.
Sesungguhnya hati telah siap menerima pesan-pesan/nasihat-nasihat Al-Qur'an.
Hati ibarat badan, Al-Qur'an adalah ruhnya.
Jika di dalam hati tidak ada Al-Qur'an, ibarat badan tanpa ruh.
Bagaimanakah jika orang yang sudah mati dinasihati? Tentu tidak merespon. Demikian pula orang yang hatinya sudah mati, tidak akan merespon sebaik apapun nasihat. Ibarat murid yang belum menempatkan gurunya di hatinya, dia enggan mengerjakan apa yang diminta sang guru.
Hati yang hidup, adalah yang di dalamnya telah bersemayam Al-Qur'an yang mulia.
Al-Qur'an adalah sumber pedoman hidup. Orang yang hatinya mati adalah orang yang tidak mau menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidupnya.
Firman Allah Ta'ala:

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai tadzkirah (peringatan) bagi orang yang takut (kepada Allah)."
(QS. Thaahaa (20): 1-3)

Maknanya, tiadalah Al-Qur'an diturunkan melainkan untuk menjadi tadzkirah bagi kehidupan kita.
Bagaimana agar Al-Qur'an masuk ke dalam hati kita?
Yang membuat kita mentaati Al-Qur'an hakikatnya bukan diri kita sendiri, melainkan Allah Ta'ala.
Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan, nanti Allah akan melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan.
Proses memasukkan Al-Qur'an ke dalam hati, ibarat proses makan:
1. Ibarat makan, jika hendak makan, maka kita harus mau membuka mulut, mengunyah dan menelannya. Maka untuk memasukkan Al-Qur'an ke dalam hati, kita harus mau membuka hati.
Caranya?
- Belajar-mengajar Al-Qur'an
- membaca Al-Qur'an
- Menghafal Al-Qur'an

2. Ibarat makan, kita perlu tahu manfaat makanan yang kita makan. Demikian pula dengan Al-Qur'an. Kita perlu memahami Al-Qur'an dengan benar, agar tidak salah memahami Al-Qur'an.

Contoh:
Apakah kita sudah merasa mudah menginfakkan apa yang paling kita cintai?
Allah Ta'ala berfirman:

"Kalian tidak akan sampai pada kebajiakan yang sempurna (mendapat surga) sampai kalian menafkahkan yang paling kalian cintai." (QS. Ali Imran (3): 92)

Jika kita masih merasa berat menginfakkan yang paling kita cintai, artinya kita masih salah memahami Al-Qur'an, sebab berarti kita menolak surga.

Bagaimana kita membalas orang yang menyakiti/berbuat jahat kepada kita? Jika kita membalas perilaku buruk dengan perilaku buruk, berarti kita masih salah memahami Al-Quran. Sebab Allah Ta'ala berfirman:

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik..." (QS. Fushshilat (41):34)

Agar kita memahami Al-Qur'an dengan benar:
- Pelajari tafsir Al-Qur'an.
- Tafakkuri dan tadabburi.

3. Ibarat makan, setelah makanan kita telan dan masuk ke lambung, proses selanjutnya bukan lagi kuasa kita, melainkan kuasa Allah Ta'ala. Demikian juga, jika kita telah membuka hati untuk dimasuki Al-Qur'an, terus-menerus mempelajari dan memahami isi Al-Qur'an, maka Allah akan menjadikan hati kita hati yang bersih (qolbun salim)



-=Tatsqif pagi Masjid Nurul Islam, Yogyakarta=-
~09052015~


Jika ingin melihat Al-Qur'an Arabic: http://quran.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar